Cari di Sini

Kamis, 29 Januari 2015

Qolbun Salim


Pada tanggal 7 November 2009 telah diadakan sebuah muhadhoroh oleh seorang Syaikh dari Saudi Arabia. Muhadhoroh ini diadakan pada hari Sabtu ba’da Maghrib. Khusus pada hari sabtu tanggal 7 November 2009 Kajian Kisah Para Nabi sementara diganti oleh muhadhoroh Syaikh Khalil. Pembahasan berkaitan dengan hati.
Syaikh Khalil menjelaskan kenapa perlu membahas perkara hati. Di antaranya ada beberapa:
1. Hati dan amal adalah perkara yang dilihat oleh Alloh
2. Apabila hati itu baik maka baiklah seluruh amal perbuatannya begitu pula sebaliknya
3. Di akherat yang dapat menyelamatkan manusia adalah hati yang selamat (qolbun salim)
4. Kehidupan yang hakiki adalah kehidupan hati
5. Kuat dan lemahnya seseorang dapat diukur dari hati. Jika hatinya kuat maka kemampuan dan semangatnya pun akan kuat. 


Syaikh kemudian menjelaskan sifat-sifat dari orang yang memiliki hati yang selamat (qolbun salim):


1. Orang yang selamat dari syirik dan mengedepankan Tauhid. Salah satu tandanya adalah ketika kita meminta semua kebutuhan maka kita hanya meminta kepada Alloh


2. Selamat dari kesombongan dengan mewujudkan sifaat tawadhu. Salah satu tandanya ialah kita tidak merasa lebih baik dari orang lain


3. Selamat dari sifat hasad, iri, dengki dengan cara mewujudkan kelapangan dada. Salah satu tandanya ialah kita menginginkan kebaikan itu dimiliki oleh orang lain



Penyakit Hati itu ada Dua Macam:
 
1. Jenis yang mana pemiliknya tdak merasakan sakit ketika itu, yaitu penyakit kebodohan, syubhat dan keraguan, dan ini jenis yang paling parah penyakitnya, akan tetapi dikarenakan rusaknya hati tersebut dia tidak merasakan sakit tersebut.  

2. Kedua, jenis penyakit yang menyakitkan pemiliknya seperti rasa gelisah, gundah, sedih, jengkel (marah) dan penyakit ini kadang bisa hilang dengan pengobatan-pengobatan yang alami, dengan dia menghilangkan sebab-sebabnya dan selainnya.  

Mengobati hati bisa dengan EMPAT perkara :  

Perkara yang pertama : Dengan Al-Qur’an, karena ia merupakan penyembuh (obat) bagi penyakit-penyakit yang ada didalam dada dan keraguan, juga dapat menghilangkan  dari kesyirikan, kekotoran, kekufuran, penyakit-penyakit syubhat dan syahwat.
Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi orang yang mengetahui al-haq dan mengamalkannya, juga sebagai rahmat yang diperoleh orang-orang mukmin sebagai pahala (balasan) baik yang disegerakan atau yang diakhirkan.
 
Alloh ta’ala berfirman : “Dan apakah orang-orang yang sudah mati, kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan cahaya kepadanya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan-jalan  di masyarakat manusia, serupa dengan  keadaannya berada dalam keadaan gelap gulita yang sekali-kali tidak bisa keluar daripadanya?” QS. Al-An’an ; 122    

Perkara yang kedua : Hati itu butuh pada tiga perkara,
 
1. Hal yang dapat menjaga kekuatannya, yaitu dengan keimanan, dan amalan sholih serta wirid-wirid (dzikir-dzikir) yang merupakan ketaatan.
 
2. Menjaganya  dari marabahaya yaitu dengan cara meninggalkan seluruh kemaksiatan dan berbagai macam bentuk penyelisihan.
 
3. mengeluarkan semua unsur-unsur yang menyakitkan (mengganggu) yaitu dengan dia bertaubat dan meminta ampun kepada Alloh.    
 
Perkara yang ketiga : Pengobatan hati yang sakit yang dikuasai oleh hawa nafsu.
 
Ada dua cara pengobatan, yaitu mengoreksi (intropeksi / muhasabah) dan menyelisihinya. Adapun bermuhasabah ada 2 macam :

1. Sebelum diamalkan dan ia memiliki empat tingkatan:  
 
a. Apakah amalan ini mampu untuk dikerjakan ?  
b. Apakah amalan ini mengerjakannya lebih baik daripada meninggalkannya ?
c. Apakah ibadah ini diniatkan wajah Alloh ta’ala (ikhlas) ?
d. Apakah amalan ini perlu adanya bantuan yang dapat membantu amalan tsb jika memang amalan tsb butuh kepada bantuan ? Apabila amalan ini perlu bantuan maka ia kerjakan bila tidak  maka tidak dikerjakan selamanya.  

2. Setelah diamalkan dan ia ada 3 jenis:
 
a. Menghisab (mengoreksi) dirinya atas  ketaatannya yang ia remehkan padanya hak Alloh, dimana ia tidak mengerjakan ketaatan tsb menurut bentuk yang diperintahkan. Diantara hak-hak Alloh ialah ikhlas, nasehat, mengikuti, mengetahui kebaikan-kebaikan yang ia dapatkan, mengakui karunia Alloh atasnya, juga mengajui adanya kekurangan dalam hal-hal tsb.
 
b. Mengoreksi jiwanya atas setiap amalan yang dahulu meninggalkannya lebih baik daripada mengamalkannya.
 
c. Mengoreksi dirinya atas perkara mubah atau kebiasaan yang belum ia kerjakan, apakah ia maksudkan dengannya wajah Alloh dan negeri akhirat sehingga ia menjadi orang-orang beruntung atau ia maksudkan dunia sehingga ia menjadi orang-orang yang merugi.   
 
Dan kumpulan itu semua hendaklah mengoreksi dirinya pertama kali atas amalan-amalan fardhu, kemudian ia sempurnakan jika ia kurang dalam mengerjakan amalan fardhu tsb, kemudian dia menghisab dirinya atas perkara-perkara yang diharomkan. 
 
Jika ia tahu pernah melakukan diantara larangan tsb langsung ia bertaubat dan memohon ampun kepada Alloh, kemudian amalan yang dilakukan anggota badannya, kemudian hal-hal yang dia lalaikan.    

Perkara yang keempat : Pengobatan hati yang sakit karena setan menguasai hati tersebut. Setan merupakan musuh bagi manusia, agar lepas (terbebas) dari setan ialah selalu beristi’adzah kepada Alloh dengan apa-apa yang disyariatkanNya.

Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam sendiri betul-betul mengumpulkan antara isti’adzah dari kejelekan jiwa dan kejelekan setan. Rosulullah mengatakan kepada Abu Bakr :
 
“Katakanlah Ya Alloh Pencipta langit dan bumi, Dzat yang mengetahui perkara yang ghaib dan yang tampak, Rabb segala sesuatu dan pemiliknya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Engkau, aku berlindung kepada Engkau dari kejelekan jiwaku dan dari kejahatan setan dan kesyirikannya, juga berlindung dari berbuat kejelekan terhadap diriku, atau yang aku lakukan (kejelekan itu) terhadap seorang muslim. Ucapkanlah doa itu, apabila engkau berada di pagi hari dan di sore hari juga ketika engkau ingin tidur.” HR. Tirmidzi, Abu Dawud, lihat Shahih Tirmidzi 3/142.  

Beristi’adzah, tawakkal dan ikhlas dapat menghalangi berkuasanya setan.  

Pintu-pintu yang mengantarkan kepada riya’ sangat banyak sekali, kita berlindung kepada Alloh darinya. Jenis-jenis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Memang keinginan seorang hamba tersebut untuk selain Alloh. Dia ingin dan senang apabila diketahui oleh orang lain bahwa ia telah melakukan hal tersebut dan sama sekali tidak meniatkan ikhlas untuk Alloh ‘azza wa jalla, kita berlindung kepada Alloh dari yang seperti itu. Jenis ini termasuk nifak.

2. Pada awalnya niat dan tujuan hamba tadi untuk Alloh, namun apabila dilihat oleh manusia ia tambah giat dalam ibadahnya dan memperindah seindah-indahnya. Ini termasuk syirik yang tersembunyi. Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda : “Wahai sekalian manusia, jauhilah kesyirikan yang tersembunyi!”
Para shahabat bertanya, “Wahai Rosulullah, apa itu syirik yang tersembunyi?”

Beliau menjawab, “Seseorang bangkit melakukan sholat kemudian dia bersungguh-sungguh memperindah sholatnya karena dilihat manusia. Itulah yang disebut dengan syirik yang tersembunyi.” [HR. Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi]

3. Seorang hamba pada awal masuk memulai ibadah, ia lakukan untuk Alloh dan keluar dari ibadah itu untuk Alloh, kemudian ia menjadi terkenal dengan ibadah itu serta dipuji, ia pun merasa senang dengan hal itu dan berangan-angan para manusia memuji dan memuliakannya. 
 
Di samping itu dia pun mendapatkan apa yang dia inginkan dari harta benda dunia. Kesenangan dan keinginan untuk mendapatkan yang lebih serta mencapai apa yang diimpikannya ini menunjukkan riya’ tersembunyi yang ada pada dirinya.

4. Dan disana ada riya’ yang bersifat badaniyah, seperti orang yang menampakkan kepucatan dan kekurusannya agar dilihat oleh manusia bahwa dia itu seorang ahli ibadah yang telah dikalahkan oleh ketakutan terhadap akhirat. Terkadang juga dengan
merendahkan suara dan kekeringan bibirnya agar disangka oleh manusia bahwa ia sedang berpuasa.

5. Riya’ dari segi pakaian dan trend mode, seperti orang yang mengenakan pakaian yang penuh tambalan agar disangka oleh manusia bahwa dia seorang yang zuhud terhadap dunia, atau mengenakan pakaian jubah tertentu yang biasa dipakai oleh para ulama. Ia memakai pakaian itu agar dikatakan sebagai orang yang alim.

6. Riya’ dengan ucapan. Mayoritasnya ini adalah riya’ yang menjangkiti para ahli agama, penasehat dan pemberi wejangan, dan orang yang menghafal kabar dan hadits untuk berdiskusi, debat dan jidal serta menampakkan kedalaman ilmunya.

7. Riya’ dalam amalan, seperti orang yang riya’ dalam sholatnya dengan memperpanjang sholat, ruku’ dan sujudnya, menampakkan kekhusyu’an, dan orang yang riya’ dalam ibadah puasa, haji dan shodaqoh.

8. Riya’ dengan jumlah shahabat dan pengunjung, seperti orang yang memberatkan diri agar dikunjungi oleh seorang yang alim, agar dikatakan bahwa fulan telah mengunjungi si fulan, dan mengundang manusia agar mengunjunginya supaya dikatakan bahwa dia seorang tokoh agama yang sering didatangi oleh manusia.

9. Riya’ dengan mencela dirinya sendiri dengan tujuan agar dilihat oleh manusia bahwa dia orang yang tawadhu’, sehingga kedudukan dia terangkat di sisi mereka yang akhirnya memuji dan menyanjungnya. Ini termasuk kelembutan (tersembunyinya) pintu-pintu riya’.

10. Diantara kelembutan dan kesamaran riya’ adalah seseorang menyembunyikan amalannya, dimana dia tidak menghendaki ada orang lain yang melihatnya dan tidak senang ketaatannya nampak. Akan tetapi, apabila dilihat oleh manusia ia senang apabila manusia mengucapkan salam terlebih dahulu kepadanya, menciumnya dengan penuh kegembiraan dan penghormatan, memujinya, semangat memenuhi kebutuhannya dan mendapatkan keringanan dalam jual beli. Apabila dia tidak menjumpai itu semua, ia merasakan rasa sakit yang mendalam dalam dirinya, seakan-akan dia mengharuskan adanya penghormatan atas ketaatan yang dia sembunyikan.

11. Diantara kelembutan riya’ adalah menjadikan ikhlas sebagai wasilah untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan,“Dihikayatkan dari Abu Hamid Al-Ghazali bahwasanya telah sampai kepadanya kabar bahwa barangsiapa yang ikhlas kepada Alloh selama empat puluh hari, niscaya akan terpancar hikmah dari hatinya melalui lisannya. Ia berkata, ‘Aku telah berbuat ikhlas selama empat puluh hari, namun tidak juga terpancar hikmah sedikitpun’. Kemudian aku ceritakan hal itu kepada orang-orang yang arif, mereka mengatakan kepadaku, ‘Karena kamu berbuat ikhlas untuk mendapatkan HIKMAH, bukan ikhlas karena ALLOH!” 
 
[lihatlah "Dar-ut Ta'arudl Al-Aql wan Naql" karya Ibnu Taimiyyah (6/66), "Minhajul Qasidin" hal 214-221, "Al-Ikhlas" karya Al-Awaiysyah hal.24, "Al-Ikhlas wa Asy-Syirik" karya Dr. Abdul Aziz bin Abdul Lathif hal.9 dan "Ar-Riya" karya Salim Al-Hilali hal.17]

Yang demikian itu dikarenakan tujuan manusia berbuat ikhlas untuk mendapatkan kelembutan dan hikmah, atau untuk mendapatkan pengagungan dan pujian manusia, atau tujuan-tujuan yang lainnya. Sedang amal ini tidaklah dilakukan dengan ikhlas kepada Alloh ‘azza wa jalla dan mengharap wajah-Nya, akan tetapi terjadi amalan itu untuk mendapatkan tujuan-tujuannya.

Riya’…..semoga Alloh melindungi kita darinya….,
Di dalam terjemahan al Qur’an yang umum, kata “Hati” sering di pakai untuk menterjemahkan secara umum kata-kata “Shudur” (Dada), “Nafs” (Jiwa), “Qalb” (Hati) dan Fu’ad (Hati Kecil).
Fu’ad (Hati Kecil) sesungguhnya berada di dalam Hati (Qalb) dan Hati (Qalb) berada di dalam Shudur (Dada).

Fuad itu ibarat ruang kosong, dan yang pertama kali hadir di dalamnya adalah Jiwa dan Ruh yang suci dari Allah SWT, memiliki karakter dasar yang  jujur apa adanya (QS. 53:11), dapat dipalingkan (QS. 6:110),  bisa diisi – oleh keimanan atau kekufuran (QS. 28:10, QS. 14:43, QS. 6:113, QS. 23:78,  QS. 67:23), berinteraksi kuat dengan Al-Qur'an (QS. 25:32, QS. 11:120), pondasinya ilmu (QS. 16:78), kecenderungan mencintai sesama (QS. 14: 37), dipengaruhi oleh indera pendengaran dan penglihatan (QS. 46:26), jenis hati yang pertama kali diaktifkan (QS. 32:9) dan yang kelak mempertanggungjawabkan amaliyahnya di hadapan Allah SWT (QS. 17:36, QS. 104:7).

Referensi:
1) Hati kecil yang tidak mendustakan QS. 53:11 
مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَىٰ [٥٣:١١
Hati kecil” nya (fu’ad - fu’aadu) tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. (QS. An-Najm [53]:11) 2) Hati kecil yang dipalingkan oleh Allah sehingga sesat QS. 6:110 

وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ [٦:١١٠
Dan (begitu pula) Kami memalingkan “hati kecil” (fu’ad - af’idatahum) dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (QS. Al-An’aam [6]:110)

3) Hati kecil yang bisa menjadi Kosong (frustasi) QS. 28:10 
وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَىٰ فَارِغًا ۖ إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلَا أَنْ رَبَطْنَا عَلَىٰ قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ [٢٨:١٠
Dan menjadi kosonglah “hati kecil” (fu’ad - fu’aadu) ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan “hati”nya (qalbihaa), supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). (Al-Qashash [28]:10)

4) Hati kecil yang kosong (melamun/mata tak berkedip) QS. 14:43 
 
مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ ۖ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ [١٤:٤٣
mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan “hati kecil” (fu’ad - af’idatuhum) mereka kosong.

5) Hati kecil yang tidak beriman QS. 6:113 
 
وَلِتَصْغَىٰ إِلَيْهِ أَفْئِدَةُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَلِيَرْضَوْهُ وَلِيَقْتَرِفُوا مَا هُمْ مُقْتَرِفُونَ [٦:١١٣
Dan (juga) agar “hati kecil” (fu’ad - af’idahu) orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan. (QS. Al-An’aam [6]:113)

6) Hati kecil yang tidak bersyukur QS. 23:78 

وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ [٢٣:٧٨
Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah). Amat sedikitlah kamu bersyukur. (QS. Al-Mu’minuun [23]:78)

7) Hati kecil yang di-ingatkan untuk bersyukur QS. 67:23 
قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۖ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ [٦٧:٢٣
Katakanlah: "Dialah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah)". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (QS. Al-Mulk [67]:23)

8) Hati kecil yang semakin kuat ketika dibacakan Al-Qur’an QS. 25:32 
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا [٢٥:٣٢
Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat “hati kecil” mu (fu’ad - fu’aadaka) dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (QS. Al-Furqaan [25]:32)

9) Hati kecil yang semakin teguh dengan kisah-kisah Rasul QS. 11:120 
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ [١١:١٢٠
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan “hati kecil” (fu’ad - fa’aadaka); dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Hud [11]:120)

10) Hati kecil yang membuat kita menjadi berilmu dan harus kita syukuri QS. 16:78 
 
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ [١٦:٧٨
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah), agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl [16]:78)

11) Hati kecil yang mencintai/cenderung kepada sebagian manusia QS. 14:37    رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ [١٤:٣٧
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah “hati kecil” (fu’ad - af’idatan) sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim [14]:37)

12) Hati kecil yang tidak dapat bekerja secara sinergis dengan Pendengaran dan Penglihatan QS. 46:26 
وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَىٰ عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ [٤٦:٢٦
Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah); tetapi pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah) mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya. (QS. Al-Ahqaf [46]:26)

13) Hati kecil yang diaktifkan setelah hadirnya Ruh (pendengaran, penglihatan, dan Fuad) QS. 32:9 
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ [٣٢:٩
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah); (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As-Sajadah [32]:9)

14) Hati kecil yang dimintai pertanggungjawaban QS. 17:36 
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا [١٧:٣٦
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - fu’aada), semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Israa [17]:36)

15) Hati kecil yang dibakar di neraka Huthamah QS. 104:7 
الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ [١٠٤:٧
yang (membakar) sampai ke “hati kecil” (fu’ad - af’idah). (QS. Al-Humazah [104]:7)

2) Hati kecil yang dipalingkan oleh Allah sehingga sesat QS. 6:110 
وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ [٦:١١٠
Dan (begitu pula) Kami memalingkan “hati kecil” (fu’ad - af’idatahum) dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (QS. Al-An’aam [6]:110)

3) Hati kecil yang bisa menjadi Kosong (frustasi) QS. 28:10 
وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَىٰ فَارِغًا ۖ إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلَا أَنْ رَبَطْنَا عَلَىٰ قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ [٢٨:١٠
Dan menjadi kosonglah “hati kecil” (fu’ad - fu’aadu) ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan “hati”nya (qalbihaa), supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). (Al-Qashash [28]:10)

4) Hati kecil yang kosong (melamun/mata tak berkedip) QS. 14:43 
 
مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ ۖ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ [١٤:٤٣
mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan “hati kecil” (fu’ad - af’idatuhum) mereka kosong.

5) Hati kecil yang tidak beriman QS. 6:113 
 
وَلِتَصْغَىٰ إِلَيْهِ أَفْئِدَةُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَلِيَرْضَوْهُ وَلِيَقْتَرِفُوا مَا هُمْ مُقْتَرِفُونَ [٦:١١٣
Dan (juga) agar “hati kecil” (fu’ad - af’idahu) orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan. (QS. Al-An’aam [6]:113)

6) Hati kecil yang tidak bersyukur QS. 23:78 
وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ [٢٣:٧٨
Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah). Amat sedikitlah kamu bersyukur. (QS. Al-Mu’minuun [23]:78)

7) Hati kecil yang di-ingatkan untuk bersyukur QS. 67:23 
قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۖ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ [٦٧:٢٣
Katakanlah: "Dialah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah)". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (QS. Al-Mulk [67]:23)

8) Hati kecil yang semakin kuat ketika dibacakan Al-Qur’an QS. 25:32 
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا [٢٥:٣٢
Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat “hati kecil” mu (fu’ad - fu’aadaka) dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (QS. Al-Furqaan [25]:32)

9) Hati kecil yang semakin teguh dengan kisah-kisah Rasul QS. 11:120 
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ [١١:١٢٠
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan “hati kecil” (fu’ad - fa’aadaka); dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Hud [11]:120)

10) Hati kecil yang membuat kita menjadi berilmu dan harus kita syukuri QS. 16:78 
 
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ [١٦:٧٨
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah), agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl [16]:78)

11) Hati kecil yang mencintai/cenderung kepada sebagian manusia QS. 14:37    رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ [١٤:٣٧
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah “hati kecil” (fu’ad - af’idatan) sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim [14]:37)

12) Hati kecil yang tidak dapat bekerja secara sinergis dengan Pendengaran dan Penglihatan QS. 46:26 

وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَىٰ عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ [٤٦:٢٦
Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah); tetapi pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah) mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya. (QS. Al-Ahqaf [46]:26)

13) Hati kecil yang diaktifkan setelah hadirnya Ruh (pendengaran, penglihatan, dan Fuad) QS. 32:9 
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ [٣٢:٩
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah); (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As-Sajadah [32]:9)

14) Hati kecil yang dimintai pertanggungjawaban QS. 17:36 
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا [١٧:٣٦
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - fu’aada), semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Israa [17]:36)

15) Hati kecil yang dibakar di neraka Huthamah QS. 104:7 
الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ [١٠٤:٧
yang (membakar) sampai ke “hati kecil” (fu’ad - af’idah). (QS. Al-Humazah [104]:7)

 

2) Hati kecil yang dipalingkan oleh Allah sehingga sesat QS. 6:110 
وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ [٦:١١٠
Dan (begitu pula) Kami memalingkan “hati kecil” (fu’ad - af’idatahum) dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (QS. Al-An’aam [6]:110)

3) Hati kecil yang bisa menjadi Kosong (frustasi) QS. 28:10 

وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَىٰ فَارِغًا ۖ إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلَا أَنْ رَبَطْنَا عَلَىٰ قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ [٢٨:١٠
Dan menjadi kosonglah “hati kecil” (fu’ad - fu’aadu) ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan “hati”nya (qalbihaa), supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). (Al-Qashash [28]:10)

4) Hati kecil yang kosong (melamun/mata tak berkedip) QS. 14:43 
 
مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ ۖ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ [١٤:٤٣
mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan “hati kecil” (fu’ad - af’idatuhum) mereka kosong.

5) Hati kecil yang tidak beriman QS. 6:113 
 
وَلِتَصْغَىٰ إِلَيْهِ أَفْئِدَةُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَلِيَرْضَوْهُ وَلِيَقْتَرِفُوا مَا هُمْ مُقْتَرِفُونَ [٦:١١٣
Dan (juga) agar “hati kecil” (fu’ad - af’idahu) orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan. (QS. Al-An’aam [6]:113)

6) Hati kecil yang tidak bersyukur QS. 23:78 

وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ [٢٣:٧٨
Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah). Amat sedikitlah kamu bersyukur. (QS. Al-Mu’minuun [23]:78)

7) Hati kecil yang di-ingatkan untuk bersyukur QS. 67:23 

قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۖ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ [٦٧:٢٣
Katakanlah: "Dialah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah)". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (QS. Al-Mulk [67]:23)

8) Hati kecil yang semakin kuat ketika dibacakan Al-Qur’an QS. 25:32 

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا [٢٥:٣٢
Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat “hati kecil” mu (fu’ad - fu’aadaka) dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (QS. Al-Furqaan [25]:32)

9) Hati kecil yang semakin teguh dengan kisah-kisah Rasul QS. 11:120 

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ [١١:١٢٠
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan “hati kecil” (fu’ad - fa’aadaka); dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Hud [11]:120)

10) Hati kecil yang membuat kita menjadi berilmu dan harus kita syukuri QS. 16:78 
 
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ [١٦:٧٨
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah), agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl [16]:78)

11) Hati kecil yang mencintai/cenderung kepada sebagian manusia QS. 14:37 
 
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ [١٤:٣٧
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah “hati kecil” (fu’ad - af’idatan) sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim [14]:37)

12) Hati kecil yang tidak dapat bekerja secara sinergis dengan Pendengaran dan Penglihatan QS. 46:26 

وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَىٰ عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ [٤٦:٢٦
Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah); tetapi pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah) mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya. (QS. Al-Ahqaf [46]:26)

13) Hati kecil yang diaktifkan setelah hadirnya Ruh (pendengaran, penglihatan, dan Fuad) QS. 32:9 
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ [٣٢:٩
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - af’idah); (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As-Sajadah [32]:9)

14) Hati kecil yang dimintai pertanggungjawaban QS. 17:36 

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا [١٧:٣٦
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan “hati kecil” (fu’ad - fu’aada), semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Israa [17]:36)

15) Hati kecil yang dibakar di neraka Huthamah QS. 104:7 

الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ [١٠٤:٧
yang (membakar) sampai ke “hati kecil” (fu’ad - af’idah). (QS. Al-Humazah [104]:7)

 


Berikut ini adalah contoh kalimat doa yang biasanya lebih cocok untuk Muslim :
  • Ya Allah... terima kasih karena Engkau selalu mengasihi kami secara berkelimpahan tiada batas setiap saat.
  • Ya Allah... bantulah & bimbinglah kami agar dapat berdoa kepadaMu dengan sepenuh hati & perasaan kami, memasrahkan semua masalah, beban, hambatan, pikiran, jiwa, hati & seluruh diri kami seutuh-utuhnya kepadaMU.
  • Ya Allah... terangilah hati kami agar semua kesombongan dibersihkan & digantikan dengan cahaya & kasih sayangMu.
  • Ya Allah... terangilah hati kami agar semua kemarahan dibersihkan & digantikan dengan cahaya & kasih sayangMu.
  • Ya Allah... terangilah hati kami agar semua sifat ingin mementingkan diri sendiri dibersihkan & digantikan dengan cahaya & kasih sayangMu.
  • Ya Allah... terangilah hati kami agar semua perasaan iri & dengki dibersihkan & digantikan dengan cahaya & kasih sayangMu.
  • Ya Allah... terangilah hati kami agar semua keserakahan & kelicikan dibersihkan & digantikan dengan cahaya & kasih sayangMu.
·  Ya Allah... bantulah & bimbinglah kami agar mudah bagi kami untuk memberi maaf kepada siapapun yang pernah bersalah kepada kami dengan setulus-tulusnya. (Ingat kembali siapapun yang pernah bersalah & maafkan dengan setulus-tulusnya sambil menyadari bahwa hubungan hati anda kepada Tuhan adalah yang terpenting & jangan sampai hubungan ini dihalang-halangi oleh emosi-emosi negatif yang diakibatkan orang lain terhadap anda)
 
·  Ya Allah... dengan telah kami maafkannya mereka, berkatilah hati kami agar semua kebencian, dendam, sakit hati, ketidakpuasan, kejengkelan & emosi-emosi negatif lainnya yang disebabkan oleh orang lain, semuanya dibersihkan & dikeluarkan dari hati kami untuk digantikan dengan cahaya & kasih sayangMu.
 
·  Ya Allah... bantulah & bimbinglah kami agar kami dapat semakin sadar akan kesalahan kami, baik kepadaMu maupun kepada sesama kami, memohon ampun kepadaMu dengan setulus hati kami & dengan sepenuh kesungguhan & perasaaan hati kami.
 
·  Tuhan... ampunilah semua kesalahan kami, biarlah semua ketakutan, kekhawatiran, beban & semua hal-hal negatif lainnya yang diakibatkan oleh kesalahan kami, juga dibersihkan, dikeluarkan & digantikan dengan cahaya & kasih sayangMu.
 
·  Ya Allah... bantulah & bimbinglah kami agar cahaya & kasih sayangMu semakin meresap di dalam hati kami, bersinar semakin indah & terang di dalam hati kami, untuk memberikan ketenangan, kedamaian & kebahagiaan yang sejati di dalam hati kami.
 
·  Ya Allah... terpujilah Engkau Yang Maha Esa, Maha Kuasa & Maha Segalanya untuk sekarang & selama-lamanya.
 
·  Alhamdulillah ya Allah... Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar