Cari di Sini

Minggu, 22 Maret 2015

Jurang-jurang Kemusyrikan


Ada beberapa perbuatan yang kurang disadari kita yang sesungguhnya menyebabkan diri kita terperosok dalam kemusyrikan. Di antaranya, menganggap ada satu kekuatan dalam kebendaaan. Perhatikan dalam QS (2 : 51).

Dan perhatikan ketika kami mengambil perjanjian dengan Musa selama 40 malam, terus kalian mengambil anak lembu sebagai sesembahan sehingga kalian termasuk orang-orang yang dhalim.



Kita perhatikan ayat tadi, mengapa kaum Nabi Musa dahulu mengambil sesembahannya berupa seekor anak sapi? Padahal patung sebenarnya bukan anak sapi sungguhan tetapi patung anak sapi yang dibuat dari perhiasan-perhiasan mereka. 

Mengapa diambil oleh mereka? Sebab mereka menganggap pada patung anak sapi tersebut mempunyai kekuatan yang memberi manfaat kepadanya, sehingga mereka dengan tekun menyembahnya agar dapat tercapai maksud dan tujuannya.

Kalau dahulu sesembahan berbentuk patung anak sapi, apa bedanya dengan sebilah keris, isim, dan batu ali yang dianggap mempunyai kekuatan untuk menolak bala juga untuk sarana supaya maksud dan tujuan kita terlaksana.

Sebagian besar dari manusia lebih merasa takut ancaman dukun atau paranormal daripada ancaman Allah. Terbukti kita dengan susah payah mengeluarkan biaya untuk sesaji agar khodamnya dari batu, keris, dan isim tidak marah. Kita juga rela bersakit-sakit dipasangi susuk, supaya maksud dan tujuan kita tercapai. 

Kita menuruti sang dukun atau paranormal kalau seandainya dipasangi susuk, atau membawa keris, atau membawa isim, atau memakai batu ali akan menambah kharisma dalam kehidupan.

Jelas, kita di sini menggadaikan nilai keimanan. Kita lebih percaya dan yakin kepada sang dukun tersebut daripada kepada Allah. Apakah perbuatan ini tidak sama dengan perbuatan kaum Nabi Musa yang mengambil anak sapi sebagai sesembahan?. Selain dari pada itu jiwa kita tergadai dengan apa-apa yang kita kerjakan kita simak Qs ( 74 : 38 )


38. Tiap-tiap jiwa tergadai ( tergantung ) pada apa-apa yang Telah diperbuatnya,


Kalau menyimak ayat ini jelas jiwa kita tergadaikan terhadap apa-apa yang telah kita perbuat, misalnya kita tadi siang telah mengerjakan sesuatu pekerjaan maka begitu kita abil wudlu dan melaksanakan sholat jiwa kita masih tertinggal di sana , maka terganggulah kekhusuan kita dalam melaksanakan sholatnya karena jiwa kita masih tergadai dalam pekerjaan tadi dan ketika mau tidur jiwa kita masih tetap ada di pekerjaan tadi maka gelisah dan resahlah dan mungkin dalam tidurnyapun tidak akan tenang, bagai mana kalau kita menghadapi sakaratul maut sedangkan jiwa kita masih tergadai dalam gemerlapnya kehidupan dunia apa yang akan terjadi, jangankan mau mati mau tidurpun begitu sulitnya untuk mencapai ketenangan, apa lagi mau meningal sekarang kita simak Qs ( 6 : 93 )


93. Dan siapakah yang lebih zholim dari pada orang yang membuat kedustaan terhadap Alloh atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Alloh." alangkah dahsyatnya sekiranya kalian melihat di waktu orang-orang yang zholim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarlah jiwa kalian" di hari Ini kalian dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, Karena kalian selalu mengatakan terhadap Alloh (Perkataan) yang tidak benar dan (karena) kalian selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.


Kalau kita simak perkataan malaikat Keluarlah jiwa kalian ini pasti jiwa itu susah keluar karena mesih tergadai pada kehidupan dunia. Seperti halnya kalau mau tidur sulit jiwa ini keluar dari kehidupan dunia kalau jiwa kita masih tergantung di sana.



Contoh: Kalau kita siangnya ada permasalahan atau ada sesuatu hal sehingga jiwa kita tergadai di sana maka jelas meskipun kantuk telah datang, nguap sudah beberapa kali tapi tetap kita sulit tidur karena fikiran kita tidak tenang, contoh lagi: seorang remaja yang tadinya mau tidur itu gampang sekali setelah dia punya pacar maka jiwanya sudah tidak tenang lagi karena sudah tergadai pada gadis atau pada pemuda pujaannya selalu resah dan gelisah selalu ketakutan dan sebagainya.


Dengan contoh tadi terbuktilah jika di dalam jiwanya sudah ada syuroka ( sudah ada tandinga Alloh ) makajelaslah akan mendapatkan adzab karena jiwanya tergadai pada sesutu yang telah kita kerjakan.Jadi yang namanya syuroka itu bukan hanya benda-benda yang bertuah saja tapi apa-apa yang dicintai itu merupakan satu syuroka yang akan menyebabkan adzab bagi kita.

Kenapa disebut syuroka? Karena jelas masing masing mempunyai kekuatan yakni takut kehilanganlah, takut rugilah jika usaha, takut marahlah majikan jika tidak selesai dsb ini yang menyebabkan jiwa kita tidak tenang.

Kita menyimpang dulu dari pokok pembicaraan tapi ini penting juga bagi kita perhatikanlah perkataan Telah diwahyukan kepada saya Sekarang banyak orang yang mengaku mendapat wahyu dari Alloh karena ingin mendapat kepercayaan dari manusia dan karena ingin banyak pengikutnya. Sedangkan wahyu itu hanya di turunkan kepada Nabi , jadi kalau seseorang menganggap dirinya menerima wahyu jelas dia sendiri sudah memproklamirkan dirinya bahwa dia adalah Nabi mari kita simak satu keterangan yang mengatakan Laa Nabia ba’dahu illa yaumilqiyamah “ artinya tidak akan ada nabi lagi setelah nya ( Nabi Muhammad ) sampai hari qiyamah.dan salah satu ayat yang mengatakan “ Khotamaannabiyyu “ Nabi penutup( Nabi yang terakhir ). 

Jadi kalau ada yang mengatakan mendapat wahyu itu adalah kebohongan yang nyata, maka dari itu kita di tuntut supaya lebih hati-hati lagi dalam hal ini. Dan perhatikan juga perkataan “ Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Alloh “ Perkataan ini pernah di dengar oleh kita di media televisi ketika Lia Aminudin di vonis petugas karena dinyatakan merupakan kejahatan yakni pelecehan agama dia dengan memakai baju kebesarannya lengkap dengan tongkat kepemimpinannya mengatakan “ saya akan sebar bencana dimana-mana “ perkataan ini sama dengan perkataan yang ada dalam ayat tadi dengan redaksi yang lain tapi maksudnya sama,padahal yang mampuh menurunkan adzab adalah Alloh semata karena kedzoliman kita, maka jelaslah bahwa Al-qur’an ini adalah wahyu Alloh yang semua berita yang ada di Qu’an ini akan terbukti kita simak Qs ( 6 : 67 )


67. Untuk setiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kalian akan Mengetahui.


Dengan ayat ini jelas sekarang kita ketahui bahwa apa yang di beritakan dalam Al-quran itu memang benar adanya.

Kita lanjutkan pokok pembahasan kita, dengan ketergadaian jiwa tadi jelas tergadailah keimanan kita dan akan mengganggu ketenangan kita dalam mengabdi ke khadirat Alloh Swt sedangkan kalau kita simak Qs (89 : 27 – 30)


27. Hai jiwa yang tenang.

28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya.

29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,

30. Masuklah ke dalam syurga-Ku.



Dengan ayat ini menegaskan bahwa yang akan masuk kedalam syurga itu adalah jiwa-jiwa yang tenang, maksudnya disini adalah jiwa yang tenang dalam pengabdian ke khadirat Alloh, jadi kita tinggal mengecek pada dirikita sendiri dimanakah jiwa ini tenangnya apakah jiwa kita telang ketika ngabdi kepada Alloh ataukah jiwa kita tenang ketika kita mengabdi kepada hawa nafsu sebagai tolok ukur yang sangat mudah sekali, apakah jiwa kita ini tenang dalam melaksanakan sholat, khusuk tidak ingin terburu-buru ataukah jiwa kita ini tenang ketika kita lagi mancing jawablah dengan kejujuran jiwa kalau toh kita ini belum tenang dalam melaksanakan sholat maka kita harus meningkatkan kepatuhan kita kepada hukum-hukum Alloh supaya kita mendapatkan hidayah ketenangan jiwa dalam mengabdi kepada Alloh Kebiasaan Rosululloh kalau lagi ada masalah yang mengganggu jiwa beliau, beliau mencari ketenangan jiwanya dengan melaksanakan sholat malam ( tahajjud ) ini yang selalu Rosul laksanakan, jadi refresingnya Rosul adalah sholat malam, bedanya dengan kita kalau lagi banyak masalah kita selalu mencari ketenangan jiwa kepada hal-hal yang tidak pernah Rosul kerjakan, maka tidak akan mustahil bukannya mendapatkan ketenangan jiwa yang ada malah menambah keresahan jiwa, kalau keadaan demikian jelas kita ini tidak akan mendapatkan panggilan untuk memasuki Syurga Alloh yang penuh dengan kenikmatan, kalau sudah tidak di panggil ke Syurga jelas kita ini akan memasuki Neraka yang penuh dengan penderitaan.

Ada juga manusia yang menganggap makam-makam keramat dijadikan perantara untuk mencapai maksud dan tujuannya. Kita gunakan logika.


Kita ambil contoh, Bapak A misalnya dia seorang dokter yang sangat terkenal, dia sangat pintar, dan dia sangat hebat semua pasien yang berobat kepadanya pasti sembuh. Ketika Bapak A tersebut meninggal, kita ingin seperti beliau maka kita tidur di makamnya dan memberikan sesaji kesukaan beliau ketika masih hidup. 

Dengan maksud, kita ingin seperti Bapak A atau kita ingin sembuh dari penyakit dengan cara kita mandi atau meminum air yang telah disediakan oleh kuncen, akankah terlaksana? Akankah kita sembuh dari penyakit tersebut? Yang terjadi mungkin yang sakit akan bertambah penyakitnya dan jika yang sehat pun akan dikatakan sakit.


Dari contoh di atas, kita akan berpikir dua kali untuk melaksanakannya karena kita takut dikatakan orang sakit. Akan tetapi kenapa kalau seorang kiyai meninggal, kita berebutan untuk berziarah dengan maksud dan tujuan untuk mendapatkan berkah dari kiyai tersebut. 

Kita rela mengeluarkan biaya untuk mencapai makam kiyai tersebut, juga kita rela melaksanakan aturan-aturan yang dibuat oleh kuncen. Aturan dibuat sesuai dengan kebutuhan kuncen tersebut tetapi kita mematuhinya? 


Masyaa Allah, subhanallah. Alangkah jauh kita dari rahmatnya Allah karena jelas-jelas kita menganggap makam kiyai tersebut memberikan berkah dan pertolongan kepada kita, padahal pemilik pertolongan dan berkah hanya Allah semata.perbuatan yang demikian itu adalah perbuatan nenek moyang kita dahulu dan di tegur oleh Alloh karena yang demikian itu salah. Kita simak Qs ( 39 : 3 )



3. Ingatlah, Hanya kepunyaan Alloh-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain dari agama Alloh (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Alloh dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Alloh akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Alloh tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.



Dengan ayat ini jelas bahwa dengan kita menziarahi mekam keramat tersebut dan kita berdo’a melalui beliau dan di akhiri dengan mudah mudahan kiyai tersebut menyampaikan do’a kita kepada Alloh, dengan alasan kalau kita yang berdo’a mustajabahnya kurang karena kita masih kotor sedangkan beliau-beliau itu sudah disucikan oleh Alloh. 

Banyak lagi keanehan atau kejanggalan dari perbuatan kita. Padahal ketika kiyai tersebut masih hidup kita tidak menuruti nasihat dan petunjuk-petunjuknya. Mengapa kalau sudah meninggal selalu diikuti nasihatnya? Apakah benar kiyai tersebut yang menasihati ataukah makhluk lain yang membimbing kita ke jalan kemusyrikan. Mari kita renungi lagi perbuatan tersebut agar kita selamat sampai tujuan dan agar kita tidak sesat di muka bumi ini.Agar lebih jelas lagi penulis mencoba mengklasifikasikan yang disebut dengan musyrik.



1. Mencintai sesuatu yang melebihi kecintaan atau sama dengan kecintaannya kepada Allah, kita lihat QS ( 2 : 165 ).


Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tandingan-tandingan selain daripada Alloh,mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh,adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Alloh. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dhalim itu mengetahui ketika melihat siksa,bahwa kekuatan semuanya milik Alloh dan bahwa Alloh amat berat siksaannya.


Dalam hal ini kita lebih mencintai hukum-hukum selain hukum-hukum Allah, artinya kita lebih mementingkan hukum-hukum yang lain selain daripada hukum-hukum Allah.


Contoh, dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal berpakaian, terutama wanita kita lebih mencintai aturan-aturan mode/gaya yang dibuat manusia daripada aturan-aturan Allah.


Dengan contoh demikian jelas bahwa kita lebih mencintai aturan-aturan manusia dibandingkan dengan aturan Allah.

Sekarang bagai mana kita membuktikan kecintaan kita kepada Alloh mari kita simak


Contoh; pada saat kita pacaran kita menemukan saputangan sang pacar meskipun saputangan itu jelek dan mungkin kalau dinilai dengan uang harganya tidak seberapa, apakah kita berani mempergunakan saputangan itu untuk menjadikannya sebagai lap motor? Secara jujur kita akan menjawab tidak, karena saputanmgan tersebut milik kekasih kita orang yang kita cintai.


Dengan contoh tadi menyatakan bahwa bukti kecintaan kita kepada orang yang kita cintai, sekarang bagai mana membuktikan kecintaan kita kepada Alloh, sedangkan kita tahu bahwa “Sesungguhnya semua makhluq yang ada dimuka bumi ini dan yang ada di langit semuanya milik Alloh “ kalau kita mengetahui demikian masihkah kita berani mencaci dan menghina semua milik Alloh ? 

Secara sadar kalau kita menghina dan mencaci miliknya sama dengan kita mehnina dan memaki pemiliknya kalau kita sadar kearah sana maka kita akan memperlakukan semua makhluq Alloh dengan penuh kasih sayang sebagai bukti bahwa sesungguhnya kita lebih mencintai Alloh dari pada yang lainnya.

Mari kita simak ayat berikut Qs ( 7 : 189-190 )


189.Dialah yang menciptakan kalian dari diri yang satu dan dari padanya dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Alloh, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur".


190.Tatkala Alloh memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, Maka keduanya menjadikan sekutu bagi Alloh terhadap anak yang Telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Sedangkan Alloh lebih tingggi dari apa yang mereka persekutukan.


Ayat ini menegaskan kepada kita karena kecintaan kita terhadap anak-anak maka kita lebih mendengar lagi perintah anak dari pada perintah Alloh dan dianggap anak adalah segalanya.


Contoh: ketika anak mempunyai keinginan kadang-kadang kita berani untuk melaksanakan apa-apa yang dilarang Aloh kita bisa menipu, kita bisa korupsi demi anak, ketika kita mendapatkan rijqi kita lebih mendahulukan perintah anak dari perintah Alloh misalnya kita lebih penting beli jaket anak dari pada membayar zakat yang diperintahkan Alloh.


Dengan contoh ini membuktikan bahwa anak-anak kita dijadikan syuroka karena kecintaan kita terhadap anak maka kita bisa jadi musyrik karenanya. Inilah yang dikatakan mencintai sesuatu melebihi kecintaannya kepada Alloh yakni menghukum atau menentukan aturan berdasarkan perasaan.


2. Takut kepada selain dari Allah lebih besar ketakutannya atau sama takutnya kepada Allah QS (5 : 44).



Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya petunjuk dan cahaya yang dengan kitab tersebut diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh para nabi yang berserah diri kepada-Nya. Dan juga oleh orang-orang alim dari mereka, pendeta-pendeta,karena disebabkan mereka diperintah memelihara kitab-kitab Alloh dan mereka menjadi saksi terhadapnya. 

Karena itu, janganlah takut kepada manusia takutlah kepada-Ku. Dan jangnlah kalian menukarkan sesuatu yang sedikit dengan ayat-ayat Kami.Siapa yang menghukumi tidak dengan apa-apa yang diturunkan Alloh maka mereka itu termasuk orang-orang kafir.



Ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa sesungguhnya untuk menghukumi sesuatu harus berdasarkan hukum Allah meskipun pahit adanya.

Pada dasarnya manusia takut untuk melaksanakan hukum-hukum Allah karena yang dihadapinya seorang pembesar atau pejabat. Jadi, kalau mau mengatakan salah, takut diturunkan jabatannya atau takut dihukum oleh seorang pejabat tersebut.


Contoh, seorang ulama takut menyatakan bahwa sesungguhnya menggunakan jilbab yang benar adalah jilbab yang diperintahkan Allah, yakni menjulurkan jilbabnya sampai sebatas dadanya. Yakni menutupi keindahan dadanya, tetapi karena takut kehilangan pengaruh dan kehilangan pengikutnya maka mereka mengesahkan jilbab yang diatur oleh mode aturan manusia sehingga ciri ke-Islamannya hilang. Demikian juga dalam mengatur segala sesuatu kita tidak segan-segan melanggar perintah Allah demi mencapai satu tujuan.


Melihat kenyataan yang ada, kita lebih takut terhadap hukuman manusia daripada hukuman Allah. Inilah yang diberikan dalam ayat tadi, janganlah kalian menukarkan kenikmatan sedikit dengan menggunakan ayat-ayat kami. Jadi, kalau kata Allah haram jangan menjadi halal karena takut dikucilkan atau takut kehilangan pengikut.


Contoh : Seorang gubernur memiliki seekor ayam, secara kebetulan ayam itu masuk septitank pasti ayam itu penuh dengan kotoran menjijikan tiba-tiba ayam tersebut masuk kedalam rumah kita, apakah kita berani melemparnya,ataukah kita menyuruh orang lain untuk mengusirnya? Dengan jujur kita tidak akan berani karena takut terhadap gubernur tadi, malahan kita akan membersihkan ayam tersebut untuk diserahkan kepada pemiliknya.


Contoh tadi menggambarkan betapa kita takut terhadap gubernur tadi sehingga kita tidak berani merusak barang-barang miliknya meskipun terhadap seekor ayam malahan kita berani untuk menjaganya. Akan tetapi kenapa kepada makhluk Alloh malah kita berani untuk merusaknya,misalkan anggaplah seorang yang terperosok kedalam jurang kemaksiatan itu adalah sama dengan seekor ayam gubernur yang masuk kedalam septitank tadi memang mereka penuh dengan kotoran-kotoran yang menjijikan, kenapa kalau ke ayam gubernur tadi kita takut untuk melemparnya malah kita berjibaku untuk membersihkannya dan dikembalikan kepada pemiliknya, tapi kenapa kepada mereka-mereka yang jatuh kejurang kemaksiatan tadi malah kita berani menghukumnya dan malah sampai berani menganiayanya,bukankah mereka juga makhluk Alloh, tidakkah kita mau berprestasi dihadapan Alloh dengan cara mengambilnya dan membersihkannya agar mereka-mereka kita hadapkan kehadapan Alloh dalam keadaan bersih kenapa lebih takut kepada gubernur dari pada kepada Alloh hal inilah yang harus kita fikirkan bersama, agar kita tidak terperosok kelembah kemusyrikan karena perbuatan kita sendiri sebabnya kalau kita simak Qs( 73: 11-13 )



11. Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kesenangan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar.

12. Karena Sesungguhnya pada sisi kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala.

13. Dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih.


Dengan ayat ini menegaskan kepada kita bahwa sesungguhnya kita tida ada hak untuk menghukuminya secara langsung adapun hukum yang di sebutkan dengan qishosh berlaku jika si pelaku tadi ingin kembali kejalan Alloh dan rosul-Nya maka berlakulah hukum qishosh tersebut dengan berbagai macam aturan yang ditentukan Alloh dan rosul-Nya ketentuan inipun jika yang berbuat demikian itu adalah benar-benar orang-orang yang beriman kepada Alloh dan rosul-Nya seperti umat Nabi musa yang ingkar ingin kembali kepada jalan Alloh dan rosul-Nya maka Alloh memberikan persyaratan-persyaratan untuk cara bertobatnya. 

Jadi dengan kata lain kita tidak boleh main hakim sendiri karena yang berhak menghukum itu hanyalah Alloh dan rosul-Nya, paling tidak seorang imam berhak menghukum makmumnya atau seorang pemimpin berhak menghukum bawahannya.Menurut Al-hadits yang di ambil dalam kitab Riyadussholihin sebagai berikut.


وَعَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَبْنِ عَمْرٍوَالْبَدْرِيِ الْاَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ فَاِنْ كَانُوْافِيْ الْقِرَاءَةِ سَواءً فَاَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ, فَاِنْ كَانُوْا فِيْ السُّنَّةِ سَوَاءًفَاَقْدَمُهُمْ هِجَرَةً, فَاِنْ كَانُوْافِيْ الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَاَقْدَمُهُمْ سِنًّا وَلاَيَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلُ فِيْ سُلْطَانِهِ, وَلاَ يَقْعُدُ فِيْ بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِ مَتِهِ اِلاّبِاِذْنِهِ ( رواه مسلم )


Wa’an abii mas’uudin ‘uqbatabni’amarin walbadriyil anshooriyi rodiyalloohu’anhu : qoola: qoola Rosululloohi: Yaummulqauma aqrouhum likitaabillaahi , fainkaanuu fiilqiroo-ati sawaa-an faa’lamuhum bissunnati,fain kaanuu fissunnati sawaa-an faqdaluhum hiarotan, fain kaanuu filhijrotin sawaa-an faaqdamuhum sinnan walaa yaummannarrojulurrojulu fii sulthoonihi, walaa yaq’udu fii baitihi ‘alaa takri matihiillaa biidznihi.


Abu Mas’ud ( Usbah ) bin Amru Albadry r.a berkata: Rosulullooh bersabda: Yang berhaq menjadi imam, ialah yang lebih pandai dalam kitab Alloh, kalau dalam kepandaiannya sama, maka yang lebih mengerti sunnaturrosuul,kalau dalam sunnaturrosuul sama pengetahuannya, maka yang lebih dahulu hijrah, kalau dalam berhijrah bersamaan, maka yang lebih tua usianya. Dan jangan mengimami di tempat kekuasaan orang lain kecuali dengan idzinna, dan jangan duduk di tempat istimewanya kecuali dengan idzinnya.



Hadits ini mengisyarahkan kita bahwa jelas jelas kita tidak boleh menghukumi yang lain , karena yang berhak menghukum adalah imamnya atau kalau bernegara yang berhak menghukum adalah pemerintahnya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering menghukum anak atau istri dengan tanpa berdasarkan hukum-hukum Alloh


Contoh : Kita suka menghukum istri gara-gara telat masak gara-gara telat menghidangkan minuman ketika kita pulang kerja,juga menghukum anak gara-gara dia telat mandi dan sebagainya apalagi menghukumnya sampai dengan memukul ini merupakan satu hukuman yang sangat berat, akan tetapi jika istri kita tidak taat kepada Alloh dan rosul-Nya kita biarkan atau kalu anak tidak sholat kita biarkan.



Dengan contoh tadi maka jika kita mau menghukum istri atau anak harus berdasarkan hukum-hukum Alloh dan contoh dari rosul-Nya.

Mari kita simak Qs ( 4 : 34 )


Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Alloh Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Alloh lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Alloh Telah memelihara (mereka) wanita-wanita yang kalian khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaati kalian, Maka janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkannya Sesungguhnya Alloh yang meninggikan dan yang membesarkan.



Dengan ayat ini menegaskan kepada kita bahwa sesungguhnya bahwa laki-laki ituadalah kepala rumah tangga sebagai kendali dalam rumak tangga dan sebagai pemimpin dalam rumah tangga maka di tangan laki-lakilah hukum tersebut maka jika istri kita takut nusyuz saja maksudnya dia keluar tanpa pamit, atau dia tidak bisa menjaga kehormatannya maka kita diwajibkan untuk menasihatinya, kalau sudah dinasehati dia masih demikian kita wajib menghukumnya dengan cara membiarkan dia di tempat tidur, kalau seandainya masih belum berubah maka kita diperintahkan untuk memukulnya, jadi hukuman memukul itu sudah melalui beberapa tahap yang kita laksanakan , kalau kita melakukan pemukulan tanpa melalui tahapan-tahapan tadi jelaslah kita termasuk orang-orang yang ingkar terhadap hukum-hukum Aloh.

Ayat lain menegaskan dalam Qs ( 66 – 1 )


Hai nabi, Mengapa kamu mengharamkan apa yang Alloh halalkan bagimu; kamu mencari keridhoan hati isteri-isterimu? Sedangkan Allah Pengampun lagi Penyayang


Dengan ayat ini menegaskan bahwa kita melaksanakan hukuman itu jangan berdasarkan kasih sayang akan tetapi karena perintah Alloh meskipun kita mencintainya kalau dia melanggar hukum-hukum Alloh maka kita wajib untuk menghukumnya.

Ayat lain masih dalam Qs ( 66-5 )


Jika nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.


 
Dengan ayat ini menegaskan jika sudah melalui tahapan-tahapan yang telah dilaksanakan yakni dengan nasihat, dengan di biarkan atau dipisahkan ditempat tidur, dengan di pukul masih saja tidak mau mengikuti Alloh dan rosulnya maka hukum yang terkhir adalah diceraikan meskipun kita masih mencintainya, jadi hukum cerai itu boleh dilaksanakan kalau istri tidak taat kepada Alloh dan rosul-Nya bukan karenha sudah tidak ada rasa cinta lagi atau dengan alasan sudah tidak ada kecocokan diantara kita ini alasan yang tidak berdasarkan hukum Alloh tapi berdasarkan hawa nafsu pribadi.

Demikianlah yang dikatakan takut kepada manusia melebihi takutnya kepada Alloh sehingga kita menghukumi perkara tanpa memaki ketentuan atau hukum-hukum Alloh. 


3. Menjadi pemecah belah agama QS (30 : 31 – 32).

31. Dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah dan dirikanlah shalat janganlah kalian termasuk orang-orang musyrik.

32. Yaitu orang-orang yang memecah belahkan agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.



Dengan ayat ini sebagian besar dari kita tidak menyadari dalam perbuatannya, kenyataan sekarang ini Islam sudah terpecah-pecah menjadi beberapa golongan. Masing-masing golongan mempertahankan pendapat dan keangkuhannya merasa dirinya paling benar, merasa dirinya calon surga padahal belum tentu. Apalagi perpecahan agama karena kepentingan-kepentingan politik yang akhirnya memperebutkan Hadist dan mengabaikan Al-Quran padahal sumber segala ilmu adalah Al-Quran.

Yang mengherankan semua memegang Al-Quran yang sama, dengan terjemahan yang sama, akan tetapi kenapa menjadi berbeda. Inilah, permasalahan yang secara sadar ataupun tidak merupakan satu kendala bagi masyarakat Islam untuk maju dan mampu berbicara lantang di muka bumi ini.

Kalau kita bandingkan dengan sekelompok orang yang suka judi kita lihat yang suka masang togel mereka selalu berjamaah mereka selalu hidup rukun bersama meskipun mereka berbeda pendapat.


Contoh : si A mendapat impo dari Garut , Si B mendapat impo dari Suka bumi Si C mendapat impo dari Banten, jelas impo mereka berbeda beda akan tetapi mereka mempunyai kitab aturannya atau rujukannya maka mereka akan duduk tekun bersama-sama memecahkan impo yang berbeda-beda tadi sehingga menimbulkan satu keputusan yang sama dan masang nomor sama-sama dan jika mereka kalahpun mereka tidak menyalahkan impo tadi mereka akan menyadari bahwa yang salah itu bukan imponya akan tetapi cara memecahkan impo tadi. 

Akan tetapi jika kita sebagai manusia yang mengaku dirinya beriman kepada Alloh dan rosul-Nya jika kita misalkan Si A berguru di Garut, Si B berguru di Suka bumi, Si C berguru di Banten pasti akan ada perbedaan pendapat nah dengan perbedaan tadi bukannya duduk bersama-sama untuk meluruskan langkah pengabdian kita kepada Alloh dengan satu rujukan yakni Al-qur’an akan tetapi dengan perbedaan tadi malah merekrut umat agar banyak pendukung untuk memperkuat pendapat mereka karena merasa yaqin bahwa pendapat itu yang sangat benar, kalau masing-masing sudah merasa benar maka disinilah akan timbul perpecahan dan sekarang siapa yang menjadi propokator pemecah tadi apakah pengikut ataukah yang diikuti?


Dalam segi dukungan juga lebih sadar mereka di bandingkan dengan kita mereka rela mengeluarkan sebagian hartanya demi terlaksananya program mereka.


Contoh: Si A ingin mencari impo dia mempunyai orang kepercayaannya misalkan di garut di sukabumi di majenang atau di mana saja dia memerlukan akomodasi, maka dengan serta merta masing-masing mengeluarkan sebagian penghasilannya untuk mendukung kepergiannya tadi dan mungkin mereka juga saling membantu untuk memenuhi persyaratan-persyaratan si pemberi impo tadi,dengan ikhlas dan ridho mereka mengeluarkannya,meskipun penghasilan mereka pas-pasan tapi demi mendukung program, mereka ikhlas mengeluarkannya. 

Bandingkan dengan kita yang mengaku orang-orang yang beriman sangatlah sulit untuk mengeluarkan sebagian hartanya demi kelancaran program-program Alloh dan rosul-Nya meskipun penghasilnya lebih dari cukup.contohnya saja kita memerlukan seorang ustadz untuk membimbing dan menerangkan apa-apa yang belum kita mengerti akan tetapi kita sulit untuk mengeluarkan sebagian rizki yang kita dapatkan untuk keperluan akomodasi si ustadz tersebut apa lagi menjamin si ustadz tadi di bebaskan dari rong-rongan ekonominya agar si ustadz tadi lebih konsentrasi lagi dalam menggali ilmu demi kepentingan umat bukan mungkin lagi pasti kita akan berfikir beberapa kali padahal ustadz tersebut menggali ilmu itu untuk kepentingan kita agar kita tidak tersesat di jalan Alloh.



Mari kita simak Qs (39 : 9)


(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.


Dan mari kita simak Hadits yang terdapat pada kitab Riyadussholihin


وَعَنْ مَيْمُونِ بْن اَبِي شَبِيْبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ عَأئِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَامَرَّبِهَائِلٌ فَاَعْطَتْهُ كِسْرَةً وَمَرَّ بِهَا رَجُلٌ عَلَيْهَارَجُلٌ عَلَيْهِ ثِيَابٌ وَهَيْئَةٌ فَأَقْعَدَتْهُ فَأَكَلَ فَقِيْلَ لَهَافِيْ ذَلِكَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ اَتَزِلُوْاالنَّاسَ مَنَازِلَهُمْ ( رواةابوداود )

Wa’an maimuunabni abii syabiib rodiyalloohu’anhu An ‘aa-isyaata rodiyalloohu’anhu ‘anhaa marro bihaa ilun fa’athothu kisrotan wa marro bihaa rojulun ‘alaihaa rojulun ‘alaihi tsiyabun wa haiatun faaq’adhu fa-akala faqiila lahaa fii dzalika qoola rosuululloohi ataziluunnaasa manazigahum



Maimun bin abi syabib berkata : Aisyah dimintai oleh seorang pemimta-minta, maka diberinya sepotong roti kemudian tidakalam datang seorang peminta-minta yang lebih sopan maka dipersilahkan duduk dan di beri makan. Dan ketika Aisyah di tegur tentang perbedaan tindakan itu, ia menjawab. Rosululloh telah bersabda : tempatkanlah masing-masing orang menurut kedudukannya ( Abu dawud ) dan dalam riwayat muslim dari Aisyah: Rosululloh menyuruh kami menempatkan tiap orang pada tempatnya masing-masing.


Dengan ayat dan hadist tadi jelas orang yang berilmu harus kita tempatkan di atas segalnya dan kita harus memperhatikannya sebab menurut ayat juga di pertanyakan “ Apakah sama orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu “ pertanyaan ini menuntut bukti artinya apakah kita akan memperlakukan sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu, ironisnya kenyatan sekarang bukan orang yang berilmu yang ditempatkan di tempat yang tinggi malahan orang yang memiliki harta yang ditempatkan pada posisi legih tinggi dan lebih diperhatikan malahan si hartawan itu sendiri menempatkan dirinya demikian.


Dengan contoh dan ketentuan-ketentuan tadi siapakah yang berprilaku Islami dan yang berprilaku Yahudi ? apakah mereka ataukah kita yang berprilaku Yahudi tersebut.? Yang jelas mereka berpatokan pada aturan Yahudi akan tetapi prilakunya Islami yakni selalu berjamaah dan selalu saling menghormati perbedaan pendapat dan mereka menempatkan manusia sesuai dengan kedudukannya dan mereka juga mempergunakan kitab rujukannya ( kitab pedoman ) sehingga mereka selalu berjalan bersama-sama dan saling tolong menolong, akan tetapi kita berpatokan Islami akan tetapi berprilaku Yahudi yakni tidak berjamaah, tidak saling tolong menolong, tidak saling menghormati perbedaan pendapat, kurang memperhatikan kedudukan manusia dan tidak menggunakan rujukan yang satu yakni Al-qur’an maka terjadilah perpecahan dan terjadilah golongan-golongan.

Akan tetapi kalu kita simak ayat Qs ( 49 – 13 )



Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengerti . Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi Alloh ialah orang yang paling taqwa diantara kalian. Sesungguhnya Alloh yang memberi tahu dan yang mangabari.


Dengan ayat ini menegaskan kepada kita bahwa dalam masalah perbedaan pendapat jelas pasti akan ada sebab di ciptakan menjadi bebrbagai suku bangsa jelas dengan berbagai suku bangsa akan mengakibatkan perbedaan pendapat Alloh menjadikan demikian itu agar kita saling mengerti bukan saling hujat dan memaksakan orang lain agar mereka sependapat dengan kita dan akhirnya menimbulkan perpecahan kalau kita saling mengerti maka kehidupan umat beragama akan damai adanya karena saling pengertian kalau disimak lagi dalam Qs (49–10)


Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Alloh, supaya kamu mendapat rahmat.


Dengan ayat ini jelas sesame orang-orang yang beriman itu adalah saudara dan jika ada perbedaan pendapat jangan sampai saling bermusuhan perbaikilah hubungan tadi dari musuh menjadi saudara jangan sampai memperuncing permasalahan dengan masing-masing mencari pendukung dan akhirnya jurang permusuhan semakin dalam.


Contoh: sekelompok orang meyakini bahwa kelompok mereka suka melaksanakan tahlilan, marhabaan, solawatan, sekelompok lagi meyakini bahwa yang demikian itu salah, dan masing-masing mempertahankan pendapatnya bahwa pendapat dia yang paling benar dan yang paling parah lagi kelompok-kelompok tadi masing-masing mempengaruhi yang lain akhirnya terjadilah saling meledek dan saling membanggakan kelompoknya, padahal kalau kita lihat pada dasarnya sama semua orang mau dari kelompok manapun jika mengurus yang meninggal pasti sama, dimandikan, dibungkus dengan kain kapan yang sama yakni putih belum ada yang di bungkus dengan kain hitam atau yang lainnya, disholati jika meninggalnya dalam keadaan iman, dan di kuburkan, yang beda hanyalah setelah itu, kenapa kita tidak saling duduk bersama dengan panduan yang sama, mana sebenarnya yang salah sebab tambahan itu mungkin dari pendapat-pendapat atau temuan-temuan maka alangkah baiknya kalau kita kembalikan pada ketentuan Alloh bagai mana harusnya dan masing-masing saling mengalah satu sama lain karena yang di pakai bukan pendapat dia tapi pendapat seseorang ( Qaol ulama ) yang diyakini oleh kelompoknya bahwa pendapat itu yang paling benar, maka dalam akhir ayat takutlah kalian kepada Alloh bukan takut kehilangan umat jika pendapat yang kita yakini itu salah maka akuilah salah tadi juga dikatakan jangan takut kehilangan umat karena sama semua juga umat Muhammad.


Dengan contoh tadi mudah-mudahan bisa membuka fikiran kita agar islam ini semakin kuat dengan adanya persatuan yang sangat erat meskipun berbeda pendapat. Sekarang mari kita simak kewajiban yang sebenarnya Qs (66–6) 


Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.


Dengan ayat ini mempertegas bahwa sannya yang harus dijaga dan memang harus satu pendapat, dan satu tujuan itu adalah diri dan keluarga kita juga harus satu bendara yakni Islam kalau sudah berbeda bendera dalam keluarga bagai mana menjaganya karena masing masing mempunyai keyakinan yang berbeda, maka dari itu yang di tuntut banyak mengerti itu adalah kita sebagai kaum laki-laki sebab kalau kita awam mana mungkin mampuh menjaga keluarga menjaga dirinya pun tidak akan mampuh terlepas dari neraka. Jadi kalau masing masing tugasnya sama yakni menjaga diri dan keluarganya mana mungkin ada waktu untuk memperhatikan yang lain sebab waktunya terlalu sibuk untuk memperhatikan dirinya dan keluarganya agar diri dan keluarganya tidak terjerembab masuk kedaklam neraka, karena yang dinilai Alloh bukanlah karena golongannya, bukan karena banyak umatnya, tapi siapakah di antara kalian yamg paling bertaqwa inilah sasaran kita dalam melaksanakan peribadatan. 

Kita simak Al Hadits yang tercantum dalam kitab Riyadussholihin sebagai berikut.


عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُ قَالَ : قِيْلَ يَارَسُوْلُ اللهِ : مَنْ اَكْرَمُ النَّاسِ ؟ فقَالَ : اَتْقَاهُمْ , فَقَالُوْا:لَيْسَ هَذَانَسْأَلُكَ, قَالَ:فَيُسُوفُ نَبْيُّ اللهِ ابْنُ نَبِيِّ اللهِ ابْنِ نَبِيِّ اللهِ ابْنِ خَالِيْلِ اللهِ, قَالُوْا:لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ, قَالَ: فَمَنْ مَعَادِنِ الْعَرَبِ تَسْأّلُوْنِي ؟ خِيَارُهُمْ فِيْ الْجَاهِلِيَّةِ خَيَارُهُمْ فِيْ الْاِسْلاَمِ اِذَافَقُهُوْا ( متفق عليه )


‘An abii hurairota rodiyalloohu’anhu qoola: qiila yaa rosuulullohi: man akromunnaasi ? qoola: atqoohum , faqoluu:laisa ‘an haadzaa nas-aluka, qoola:fayusufu nabiyyulloohi bnu nabiyyillaahibnikholiilillaahi, qooluu:laisa ‘an hadzaa nas-aluka, qoolaa: fa’anma’aadiinil’aroobi tas-aluunii? Khiyaaruhum filjahiliyyati khiyaaruhum filialaami idzaa faquhuu.


Abu Hurairoh r.a berkata: Rosululloh ditanya: Siapakah yang termulia di antara manusia? Jawab Nabi : Yang lebih taqwa. Berkata si penanya: Bukan tentang itu yang kami tanyakan. Jawab Nabi : Maka Yusuf putra Nabi Ya’qub,putra Nabi Ishaaq,putra Nabi Ibrohim. Berkata pula si penanya: Bukan yang itu yang kami tanyakan. Bersabda Nabi: Tentang turunan bangsa Arab yang kau tanyakan? Yang baik di masa Jahiliyyah dan yang baik di masa Islam, apa bila mereka mengerti benar-benar syari’at Islam.


Dengan Hadits tadi seolah-olah manusia berat untuk menyadari asal kejadian dari Adam dan Hawa, juga berat untuk menyadari bahwa asal muasal kejadiannya dari tanah dan air. Kemudian jika tidak menyadari asal muasalnya sama dari itu, maka dengan membikin alasan-alasan untuk melebihkan dirinya dari orang lain,alasan keturunanlah alasan ilmulah alasan-alasan yang di buat-buat agar orang lain ada di bawah kita derajatnya, padahal menurut Alloh yang bisa melebihkan manusia adalah ketaqwaannya kepada Alloh. Karena itulah Rosululloh tidak dapat menunjukan selain dari itu, bahwa kemulian itu tetap berdasarkan ketaqwaannya.


4. Mengikuti dan menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya QS (45 : 23).
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Alloh telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutup atas penglihatannya,maka siapakah yang akan memberi petunjuk sesudah Alloh memperlakukan demikian? Maka mengapa kalian tidak berpikir!

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa kalau kita memilih hawa nafsu kita sebagai tuhan maka azab yang akan kita terima. 


Perbuatan ini banyak kita lakukan dalam perilaku kita sehari-hari. Kita lebih mementingkan keinginan dan kesenangan hawa nafsu dibandingkan dengan mengikuti perintah Allah.


Contoh, Kita sering enggan atau malas untuk melaksanakan perintah Allah, misalkan dalam mengerjakan shalat atau untuk memaafkan orang yang bersalah kepada kita dengan ikhlas padahal itu adalah perintah Allah.


Dengan contoh tadi, jelas baa kita lebih condong terhadap perintah hawa nafsu dibandingkan dengan mengikuti perintah Allah. 


5. Tidak mendatangkan kebersihan dalam pengabdiannya QS (41: 6–7).

6. Katakanlah, bahwa aku hanyalah manusia biasa seperti kalian, diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya tuhan kalian itu hanya satu maka tetapkanlah kalian pada jalan lurus menuju kepada-Nya dan kecelakaan bagi orang-orang yang musyrik.

7. Yaitu, orang-orang yang tidak mendatangkan kebersihan dan mereka mengingkari akan adanya kehidupan akhir.



Dalam hal ini, orang-orang yang musyrik adalah orang yang tidak mendatangkan kebersihan dalam segala hal. Yakni mereka dalam mengerjakan peribadatannya tidak dibarengi dengan keikhlasan, mereka tidak mendatangkan kebersihan dalam hartanya dengan menginfakan sebagian dari rizkinya. 

Mereka melaksanakan perintah-perintah Allah bukan karena Allah. Akan tetapi, ingin dilihat orang atau ingin dibalas kebaikannya oleh orang yang ditolongnya tadi. Demikianlah yang disebut tidak mendatangkan kebersihan. 


6. Menyeru ilah yang lain yang menyamai Alloh QS (25:68)

Dan orang-orang yang tidak menyeru ilah yang lain menyamai Alloh dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Alloh (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan perbuatan demikian itu, maka perbuatan yang demikian itu merupakan dosa yang sangat besar.


Maksudnya menyeru Illah yang lain yang menyamai Aloh itu adalah bersandar atau menyeru sesuatau yang kita anggap bahwa yang di sandari atau yang kita panggil tersebut menyamai Alloh kekuatan nya.Banyak di antara kita ketika menyampaikan atau mengeluarkan pendapat selalu bersandar atau ketika di pertanyakan kita menyeru yang lain untuk mempertahankan atau untuk mendukung pendapat kita.Mari kita simak QS ( 6 : 63 – 54 )

63. Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kalian dari bencana di darat dan di laut, yang kalian berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang Lembut (dengan mengatakan: "Sesungguhnya jika dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur"".

64. Katakanlah: "Alloh menyelamatkan kalian dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, Kemudian kalian kembali mempersekutukan-Nya."





Dengan ayat tadi jelas yang namanya berdoa atau menyeru dengan maksud untuk minta perlindungan dari Alloh akan tetapi jika kita sudah terselamatkan malah kita mencari perlindungan kepada yang lain

Dalam ayat lain menegaskan lagi Qs ( 6 – 40 – 41 )


40. Katakanlah: Bagai mana pendapat kalian jika datang siksaan Alloh kepada kalian, atau datang kepada kalian hari kiamat, apakah kalian menyeru (Tuhan) selain Alloh; jika kalian orang-orang yang benar!"

41. (Tidak), tetapi Hanya Dialah yang kalian seru, Maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kalian berdoa kepadan-Nya, jika Dia menghendaki, dan kalian tinggalkan sembahan-sembahan yang kalian sekutukan (dengan Alloh).



Dengan ayat ini menegaskan kepada kita bahwa jika terjadi bencana alam maka kita pastilah akan menyeru Alloh, mengapa bukan dari sekarang kita mendengar seruan Alloh dan mengapa tidak dai sekarang kita tetap ada dalam perlindungan Alloh yakni mengikuti aturan dan hukum-hukum yang telah ditetapkan Alloh , sehingga kalau dari sekarang kita tetap berada dalam perlindungan-Nya boleh jadi ketika bencana itu datang kita akan diselamatkan oleh Alloh.


Contoh : kalau kita melaksanakan sesuatu terutama dalam melaksanakan ritual-ritual keagamaan jika ditanya hukumnya kita bersandar kepada yang lain apalagi kalau kita bersandar kepada kebiasaan-kebiasaan, yang kita anggap bahwa yang di sandari atau yang di seru itu kekuatan hukumnya sama seperti kekuatan hukum Alloh meskipun pada dasarnya memang tidak ada hukumnya dari Alloh.


Mari kita tengok pernyataan kita.

أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ شَّيْطَنِ الرَّجِيْمِ



Aku berlindung kepada Alloh dari godaan syaiton yang selalu melempar.


Arti dari berlindung ini bagai mana apakah secara fisikeli,yang jelas berlindung itu kepada hukum-hukum Alloh.


Contoh. Kita bebas begerak bebas berjalan bebas usaha di Negara ini karena berdasarklan perlindungan hukum Negara akan tetapi jika kita melanggarnya maka kita tidak akan di lindungi oleh Negara malahan akan di hukum oleh Negara.


Dengan contoh tadi maka kata seru tadi yakni meminta perlindungan bukan menyeru hanya memanggil saja tanpa ada tujuan akan tetapi menyeru meminta perlidungan. 

Kadang-kadang tindakan kitapun selalu mengikuti perintah yang lain bukan mengikuti perintah Alloh kita lebih mengikuti apa yang diperintahkan yang lain dan kalau ditanya kenapa demikian kita suka menjawab dengan sadar ataupun tidak kita jawab katanya, kata orang-orang. Sekarang mari kita simak ayat Qs ( 6 : 52 )


Dan janganlah kalian mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaannya. kalian tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan kalian, yang menyebabkan kalian (berhak) mengusir mereka, sehingga kalian termasuk orang-orang yang zholim


Dengan ayat ini menegaskan kita tidak boleh mengganggu orang-orang yang sedang melaksanakan ritual keagamaan mereka biarkanlah mereka sesuai denga apa yang diperintahkan oleh Alloh tapi kebanyakan dari kita malah mengusirnya jika ditanya kenapa demikian kita selalu menjawab katanya meskipun Alloh melarangnya tapi kita masih tetap melaksanakannya.


Kita simak lagi ayat berikutnya masih Qs ( 6 : 108 )


Dan janganlah kalian memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Alloh, Karena mereka nanti akan memaki Alloh dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.


Dengan ayat ini mempertegas kepada kita bahwa kita jangan sekali-kali mengganggu mereka jangankan mengusir menghina sesembahannyapun kita dilarangnya maka kalau kita terus bertindak mengusir dan selalu mengganggu mereka malahan kita yang di anggap ingkar oleh Allohdan kalau sudah di cap sebagai kaum kafirin disejajarkan sama mereka maka kita tidak akan mendapatkan pertolongan dan kekuatan dari Alloh. 

Inilah yang dikatakan menyeru Illah yang lain yang menyamai Alloh yakni kalau kita berbuat bertindak menyeru perlindungan selain dari pada perlindungan hukum-hukum Alloh.


Ada beberapa hal lagi yang akan menyeret kita ke dalam dosa musyrik yang biasa kita laksanakan. Sehari-hari dengan sadar atupun tidak.


Contoh, kita sering melontarkan kata-kata seperti ini. “Untung ada kamu, kalau tidak pasti aku celaka”, “Kalau tidak cepat ke dokter mungkin dia sudah mati.”


Seolah-olah yang membebaskan permasalahan itu adalah orang tersebut atau dokter tersebut, padahal segala sesuatu pun tidak lepas dari pertolongan Allah.


Contoh , seorang remaja yang lagi jatuh cinta mereka selalu mengatakan, “Semua yang aku miliki hanya untukmu dan di hatiku tidak ada yang lain kecuali kamu.”


Kalau secara sadar, ini merupakan satu kemusyrikan sebab segala sesuatu yang ada pada kita ini milik Allah, juga yang harus ada di hati kita hanyalah Allah jangan ada yang lain sehingga akan mengacaukan ibadah kita kepada Allah subhanahuwata’ala.

Ada lagi perbuatan yang biasa kita laksanakan yakni dengan menganggap di suatu benda memiliki kekuatan, misalnya pada keris, atau isim, atau batu-batu ali, atau hal-hal yang lain yang mengakibatkan kepada kita lebih yakin lagi jika membawa barang tersebut akan selamat atau akan maju dalam usaha. Perbuatan inilah yang secara tidak sadar yang sering kita lakukan. 

Kita perhatikan petuah Syekh Katha’illah dalam kitabnya Al-Hikam. 


Kaefayasyrufu qolbun shuwarulakwaani fiimiratihi am kaefa yarhulu ilalloh wahuwa mukabbalun syahawaatihi am kaefa yatma’u ayyadkhula hadzrotalloha wahuwa lamyatohharo min gofalatihi am kaefa yarjuu ayyafhama daqooiqolasroori wahuwa lam yatub min hafawaatihi


Bagaimana hati dapat bersinar sementara gambar dunia terlukis dalam cerminnya, atau bagaimana hati bisa berangkat menuju Allah kalau ia masih terbelenggu oleh syahwatnya, atau bagaimana hati akan antusias menghadap Allah apabila ia belum suci dari “janabah” kelalaiannya,atau bagaimana hati mampu memahami keadaan misteri gaib padahal ia belum bertobat dari kesalahannya.



Dengan nasihat ini jelas kalau kita masih terhalangi dengan sesuatu keyakinan yang lain, seperti tadi yakni dengan menganggap di isim, atau di keris, atau di batu ali mempunyai kekuatan untuk menyelamatkan dirinya. Bagaimana bisa kita khusyuk kepada Allah sedangkan jiwa kita terikat oleh keyakinan tadi. Juga bagaimana kita bisa menyimak rahasia-rahasia gaib, yakni rahasia – rahasia surga dan neraka kalau kita memiliki keyakinan kepada benda tadi.

Kita simak QS (7 : 191 – 192)


191. Apakah mereka mempersekutukan Alloh dengan berhala-berhala yang tidak bisa menciptakan sesuatu pun sedangkan berhala-berhala itu sendiri diciptakan oleh mereka.

192. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya pun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan.


Kedua ayat tadi menegaskan kepada kita bahwa sesungguhnya pertolongan itu hanyalah milik Allah dan tiada sesuatu apa pun mampu untuk memberi pertolongan kecuali Allah.


Kalau di ayat tadi dikatakan berhala-berhala apa bedanya dengan keris, atau isim, atau batu ali yang dibuat dan dijadikan sumber kekuatan bagi kita sedangkan benda-benda tersebut dibuat oleh manusia. Kalau tidak dirawat oleh kita benda-benda tersebut tidak mampu untuk mengurus dirinya, apalagi untuk mengurus kita. Kalau melihat ke arah sana jelas benda-benda itu pun bisa tergolong berhala yang menjadi sekutu bagi Allah.


Ayat yang lain QS (7 : 152).


Sesunggunya orang-orang yang menjadikan anak lembu sebagai sesembahannya,kelak akan menimpa kepada mereka kemurkaan dari tuhan mereka dan akan mendapatkan kehinaan dalam kehidupan dunianya. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang selalu mengada-ngadakan kebohongan.



Jadi, jelas kalau dahulu mereka menjadikan anak lembu hasil ciptaannya sendiri dan dijadikan sesembahan dan dijadikan sarana untuk mencapai tujuan pemuas hawa nafsunya. Kalau sekarang banyak orang menggunakan keris, atau isim, atau batu ali untuk dijadikan sarana mencapai tujuan hawa nafsunya dan mereka rela untuk mengeluarkan harta, tenaga, dan pikirannya untuk mengurus benda-benda tersebut demi mendatangkan tuahnya.


Demikianlah langkah-langkah yang akan menyebabkan kita terjerat dalam dosa musyrik.

Untuk menghindari dari jeratan dosa tersebut maka kita harus memperkuat ketauhidan kepada Allah, yakni penegasan dalam hati kita dalam jiwa kita hanya satu Allah yang ada dalam hati kita tidak ada yang lain kecuali Dia sesuai dengan kalimat



Laa ilaaha illalloh laa maqshuda ilalloh laama’buda ilalloh


Tiada tuhan kecuali Alloh,tiada yang dimaksud kecuali Alloh tiada yang diibadahi kecuali Alloh.



Untuk memperkuat ketauhidan kita yakni dengan cara.

1. Takwa. Yaitu memelihara diri dengan cara melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

2. Wara. Memelihara diri dari satu sikap atau perbuatan yang meragukan dengan cara meninggalkannya.

3. Taqorub. Yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menambah ilmu pengetahuan tentang Al-Quran agar kita lebih memahami apa yang dilarang dan apa yang diperintahkan.



Kita simak kembali nasihat Syeh Atha’illah dalam Al-Hikam.



Latufrihkathoo’atun liunhaabarozatuminka wafruhbihaa liunhaabarozatu minalloohi ilaika qulfadzlillaahi wabirohmaati fabidjalikafalyafrohuu huwa khoiron mimmaayajma’uuna


Janganlah ketaatanmu membuatmu gembira lantaran engkau mampu melaksanakannya, tetapi bergembiralah lantaran ketaatan itu merupakan karunia Allah kepadamu.



Dalam Al-Quran QS (10 : 58).


“Katakanlah dengan karunia Alloh dan rahmat-Nya,hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.“ 




Kalau kita simak nasihat tersebut jelas memperlihatkan kepada kita bahwa sesungguhnya apa yang telah kita perbuat dan apa yang telah kita lakukan hanyalah semata-mata karunia Allah subhanahuwata ’ala. Jadi, apa yang akhirnya kita banggakan dan apa yang dapat kita akui bahwa kita telah berbuat dan kita telah bertindak melaksanakan kebaikan.


Inilah salah satunya perbuatan kita untuk mencapai tingkat kebersihan dalam pengabdian.


Kita simak lagi dalam Al-Hikam.



Al a’malu shuwarun waarwahuhaa wujuda sirilikhlaashi fiihaa

Amal itu kerangka yang mati dan ruhnya adalah keikhlasan yang ada padanya.



Al-Hikam ini mempertegas kepada kita bahwa sesungguhnya meskipun kita banyak melaksanakan amal kalau tidak disertai dengan keikhlasan maka sia-sialah kita melaksanakannya.

Yang dikatakan ikhlas itu adalah sesuatu yang kita kerjakan hanya karena Allah, yakni dalam arti hanya karena menurut perintah Allah bukan karena ingin mendapat pujian dan balasan dari manusia.

Bagaimana menghadapi dan memperlakukan orang-orang musyrik, menurut Allah simak QS (9 : 113 – 114).


113. Tidaklah patut bagi Nabi dan orang-orang yang beriman untuk memintakan ampun bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat, sudah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu menjadi penghuni neraka.

114. Dan permintaan ampun dari Ibrahim untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena satu janji yang diikrarkan kepada bapaknya itu, maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya memusuhi Alloh, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya, sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.


Ayat ini menerangkan kepada kita bahwa menghadapi orang-orang musyrik haruslah tegas dan meskipun itu adalah bapak kita sendiri dianggap bukan kerabat sepertihalnya Ibrahim, dia berlepas diri dari tanggung jawabnya sebagai anak apa lagi kita. Ibrahim saja seorang nabi tidak mampu untuk memintakan ampun untuk bapaknya.
Maka berdasarkan ayat ini semakin jelaslah bagi kita bahwa dosa musyrik sangatlah berat hukumannya dan tidak bisa ditolong meskipun terhadap orang-orang yang dekat dengan Allah untuk itu maka jauhilah dosa-dosa musyrik tersebut agar kita selamat dunia akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar