Sudahkah Egomu menjadi tuhan?

Kita hidup dalam dunia materialistis. Kita hidup dalam dunia yang mengagungkan harta, tubuh, pangkat, jabatan, ketampanan, kecantikan, kekayaan, dan lainnya. Apa muara semua itu? Kita hidup dalam dunia yang menjadikan ego sebagai tuhan. 

Kau memang bilang agamamu Islam. Kau memang bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Tapi kau sebenarnya juga menjadikan egomu sebagai tuhan di samping Allah. Itulah kesyirikan terbesar yang tidak terampuni.

Kau bilang kau tidak menyekutukan Tuhan, tapi sebenarnya egomu telah menjadi tuhan lain di samping Allah. Itulah kesyirikan yang sebenarnya.

Guru kita Syaikh Abdul Qadir Aljaelani ra mengajarkan kita untuk membunuh ego dan nafsu kita. Jika kau bisa membunuh ego dan nafsumu, maka kau mampu “melihat” Allah hadir dalam setiap sisi kehidupanmu. 

Nah, mari kita kupas sedikit demi sedikit. Mungkin kau akan protes bahwa aku katakan kau telah menuhankan egomu. Seakan-akan kalimat ini memvonismu tanpa dasar. Nah, coba kita telaah lagi berbagai hal berikut ini, yang menunjukkan bahwa egomu telah menjadi tuhan bagi dirimu sendiri. 

1. Kau beribadah menginginkan pahala dan surga, bukan menginginkan Allah. 

 Yang kau cari dalam ibadahmu adalah pahala dan surga. Kau tidak mencari Allah dalam ibadahmu. Bukankan ini ego? Egomu ingin terpuaskan dalam ibadahmu dengan meminta imbalan atas aktivitas ibadahmu. Kau mengharapkan pahala untuk egomu. 

Kau mengharapkan surga untuk egomu. Bukankah ini bisa disebut menuhankan egomu dalam ibadahmu?

Memang, tidak bolehkah mengharapkan pahala dan surga dalam beribadah? Boleh jika kau masih dalam tahap awam dalam ber-Islam. Tapi jika kau ingin mendaki lebih tinggi, sebenarnya tujuan ibadahmu bukan pahala dan surga. 

Bukankah tujuan selain Allah itu kesyirikan? Jadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan ibadahmu. 

Sampai di sini pikiranmu mungkin kebingungan mencernanya. Oke… ambil waktu beberapa saat untuk merenungkannya. Mungkin kau belum memahaminya saat ini. Mungkin besok baru kamu akan sedikit paham. Bisa jadi bulan depan atau tahun depan, tidak masalah. 

Yang pasti aku sampaikan hal ini untuk membebaskan pikiranmu dari berbagai belenggu pemikiran lama yang selama ini mengekangmu untuk menemukan Tuhan dalam hatimu sendiri. 

2. Kau tidak rido dengan takdir dan ketentuan-Nya. 

Kau menganggap takdir yang kau alami sekarang tidak layak untukmu. Apapun takdir yang kau alami saat ini adalah yang terbaik untukmu. Entah mungkin takdir itu menurut egomu sangat menyakitkan, menyedihkan, mengecewakan, dan lainnya. Tapi itu benar-benar layak dan terbaik untukmu. 

Egomu lah yang selama ini menilai takdir yang kau alami sekarang itu tidak cocok untukmu atau kau anggap Allah salah membuat ketentuan atasmu? 

Apakah egomu lebih pintar dan lebih cerdas dari Yang Maha Pandai? Apakah egomu yang selama ini menilai dan memprotes takdirnya itu lebih sempurna dan tahu daripada yang Maha Sempurna dan Maha Mengetahui?

Janganlah lancang dengan egomu untuk mendikte Tuhan tentang apa yang harus dan tidak harus dilakukan padamu. Karena kau adalah hamba dan Dia adalah Tuhanmu. Jangan jadikan egomu untuk memprotes ketentuannya. Itulah egomu yang telah menjadi tuhan, merasa lebih pintar daripada Allah, menyekutukan Tuhan dengan egomu.

Tuhanmu dapat memperlakukanmu seperti apa pun kehendaknya. Dan kau jangan protes dengan ketentuan takdir yang melandamu. Terimalah dan bersyukurlah atas apa saja takdir yang kau hadapi. Jika kau bersyukur dan bersabar, maka derajatmu di sisi Allah akan semakin tinggi.  

Apakah kau mengira bahwa kesyirikan hanya sebatas pada benda-benda keramat? Bahkan benda-benda itu tidak ada apa-apanya dibandingkan egomu yang kau jadikan tuhan. 

Dua hal ini dulu saja untuk jadi perenungan kita semua sekarang. Sudahkah egomu jadi tuhan yang menyekutukan Allah SWT? 

Bagaimana pendapat Anda dalam masalah ini? Silakan tulis komentar Anda di bawah ini. Terima kasih.