Cari di Sini

Selasa, 14 Juli 2015

Futuhul Ghaib (Bagian 56)


Syaikh Abdul Qadir AlJaelani menjelaskan, 

Bila hamba Allah telah lepas dari ciptaan, keinginan, diri, tujuan dan kehendak akan dunia dan akhirat, maka ia tidak menghendaki sesuatu pun selain Allah yang Maha perkasa lagi Maha agung, dan segala suatu sirna dari hatinya. 

Maka ia menjadi pilihan-Nya, dicintai oleh ciptaan, dekat kepada-Nya dan menerima karunia-Nya melalui rahmat-Nya. Dibukakan-Nya baginya pintu-pintu kasih dan janji-Nya, dan Ia tidak pernah menutup pintu-pintu itu terhadapnya. 

Maka sang hamba memilih Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung, berkehendak melalui kehendak-Nya, ridha dengan keridhaan-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan tidak melihat suatu kemaujudan pun selain kemaujudan-Nya yang Maha kuasa lagi Maha agung. 

Maka Allah menjanjikan kepadanya dan tidak memenuhi hamba-Nya, dan yang didambakan sama hamba dalam hal ini tidak datang kepadanya, kareana keterpisahan lenyap dengan lenyapnya kehendak, tujuan dan pengupayaan kenikmatan. Maka keseluruhan dirinya menjadi kehendak Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Maka tiada janji atau pun pengingkaran janji dalam hal ini, karena hal ini ada pada orang yang berkeinginan.

Pada maqam ini, janji Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung terhadap orang semacam itu, dapat digambarkan dengan contoh seorang yang berkehendak di dalam dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu, lalu berubah kehendak terhadap sesuatu yang lain. 

Begitu pula, Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung telah menurunkan kepada Nabi Muhammad saw wahyu-wahyu yang membatalkan dan yang terbatalkan, sebagaimana firman-Nya: "Wahyu yang kami hapuskan atau jadikan terlupakan, Kami gantikan dengan yang lebih baik. Tidakkah kau tahu bahwa Allah berkuasa atas segala-nya?"" (QS.2:106)
Ketika Nabi saw. lepas dari keinginan dan kehendak, kecuali pada saat-saat tertentu, sebagaimana telah disebutkan oleh Allah di dalam Al-Quran Suci, sehubungan dengan tawanan perang Badar, sebagai berikut: " Kamu menginginkan barang-barang lemah dunia ini, sedang Allah menghendaki bagimu akhirat; dan Ia Maha kuasa lagi Maha bijaksana. Andaikan bukan karena hukum Allah yang telah berlaku, sesungguhnya akan menimpamu siksaan yang besar atas yang kau lakukan."(QS.8:67-68)

Nabi saw adalah kekasih Allah, yang Ia senantiasa menempatkannya pada ketentuan-Nya dan memberikan kendali-Nya kepadanya; maka Ia menggerakkannya di tengah-tengah ketentuan-Nya dan senantiasa memperingatkannya dengan firman-firman-Nya:
"Tidakkah kau tahu bahwa Allah Mahakuasa atas segalanya?" (QS.2:106) 

Dengan kata lain, kamu berada di samudera ketentuan-Nya, yang gelombangnya mengombang-ambingkan kamu, kadang ke sini, kadang ke sana. Dengan demikian setelah wali ialah Nabi. Tiada maqam setelah wali dan badal selain maqam Nabi.
Maka janganlah coba mendapatkan balasan, atas sesuatu tindakan, dari Allah Yang Maha perkasa lagi Maha agung di dunia ini atau di akhirat. Dengan demikian Allah akan memberi balasan sebagai rahmat dan kemurahan-Nya. 

Maka Ia akan mendekatkan kepada-Nya dan melimpahkan kelembutan-Nya, dan Ia memperkenalkan diri-Nya dengan berbagai karunia dan kebajikan, sebagaimana Ia berlaku terhadap para Nabi dan utusan-Nya, terhadap kekasih-kekasih-Nya. 

Maka setiap hari, dalam hidupnya, urusannya kian sempurna, dan di bawalah ia ke akhirat untuk mengecap yang tidak terlihat oleh mata, yang tidak terdengar oleh telinga, dan yang tidak terpikirkan oleh manusia, yang sungguh tidak dapat difahami dan tidak dapat dijelaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar