Cari di Sini

Senin, 13 Juli 2015

Futuhul Ghaib (Bagian 53)

Syaikh Abdul Qadir AlJaelani menjelaskan, 

Mintalah kepada Allah keridhaan akan ketentuan-Nya, atau kemampuan meluruh dalam kehendak-Nya. Sebab di dalam hal ini terletak kesenangan dan keunikan besar di dunia ini, dan juga gerbang besar Allah dan sarana untuk dicintai-Nya. Barangsiapa dicintai-Nya, maka Ia tak menyiksanya di dunia ini dan di akhirat. Dalam dua kebajikan ini terletak hubungan dengan Allah, kebersatuan dengan-Nya dan keintiman dengan-Nya. Jangan bernafsu berupaya meraih kenikmatan hidup ini, karena hal ini tak dimaksudkan bagimu. 

Bila hal itu tidak dimaksudkan, maka bodohlah bila berupaya mendapatkannya, dan hal itu juga sangat dikutuk, sebagaimana dikatakan: "Di antara siksa paling besar ialah berupaya meraih yang tidak ditentukan oleh-Nya."

Dan bila hal itu dimaksudkan, hal itu hanyalah kesetiaan yang dibolehkan dan tersendiri dalam pengabdian, cinta dan kebenaran. Berupaya karena meraih segala selain Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha agung adalah syirik. Orang yang berupaya mendapatkan kenikmatan duniawi, tidak tulus dalam cinta dan persahabatannya dengan Allah, siapa pun yang menyekutukan-Nya, maka ia pendusta.

Begitu pula, orang yang mengharapkan balasan bagi tindakannya adalah tidak ikhlas. Keikhlasan ialah mengabdi kepada Allah hanya untuk memberi Rabubiyyah, yaitu sifat Allah yang mengatur alam semesta, pembuluhnya. 

Orang seperti itu mengabdi kepada-Nya karena Ia adalah Tuhannya dan patut diabdi, dan wajib baginya berbuat kebajikan dan patuh kepada-Nya, mengingat bahwa ia sepenuhnya milik-Nya, begitu pula gerak-geriknya, dan upayanya. Hamba dan segala miliknya milik Tuannya. Bukankah harus begitu? Sebagaimana telah kami nyatakan, semua pengabdian merupakan rahmat Allah dan karunia-Nya atas hamba-Nya, karena Dialah yang memberinya daya bertindak dan daya mengatasinya.

Maka, senantiasa bersyukur kepada-Nya lebih baik daripada meminta balasan dari-Nya atas kebajikannya. Kenapa kau berupaya keras meraih kenikmatan duniawi, bila telah kau lihat sejumlah besar orang, bila kenikmatan duniawi berlimpah tidak berkeputusan, mereka kian sedih, cemas dan haus akan hal-hal yang tidak dimaksudkan bagi mereka? 

Bagian duniawi mereka tampak pincang, kecil dan menjijikkan,dan bagian duniawi yang lain nampak indah dan agung bagi hati dan mata mereka, dan mulailah mereka berupaya meraihnya meski hal itu bukan hak mereka. Dengan begini, kehidupan mereka berlalu dan daya mereka menjadi sirna, dan mereka menjadi tua, kekayaan mereka menjadi habis, tubuh mereka menjadi renta, kening mereka berkeringat, dan catatan kehidupan mereka menjadi gelap oleh dosa-dosa mereka, upaya keras mereka dalam meraih hak orang lain, dan oleh pengabaian mereka terhadap perintah-Nya. 

Mereka gagal mendapatkannya, menjadi miskin dan merugi dalam kehidupan ini dan di akhirat, kareana itu, mereka berupaya mendapatkan pertolongan-Nya untuk mengabdi kepada-Nya. Mereka tidak mendapatkan yang mereka upayakan, tapi hanya membazirkan kehidupan duniawi dan akhirat mereka; merekalah seburuk-buruk orang, sebodoh-bodoh orang, sekeji-keji orang dalam lahir dan batin.

Mereka menjadi ridha kepada takdir-Nya, puas dengan karunia-Nya dan patuh kepada-Nya. Bagian duniawi mereka datang kepada mereka tanpa diupayakan dan dicemaskan; mereka menjadi dekat dengan Allah yang Maha mulia, dan menerima dari-Nya segala yang mereka dambakan. 

Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang ridha dengan ketentuan-Nya, yang meluruh dalam kehendak-Nya dan yang mendapatkan kesehatan dan kekuatan rohani untuk melakukan yang dikehendaki-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar