Syaikh Abdul Qadir AlJaelani menjelaskan,
Ada dua sebab untuk ini. Pertama ia tidak diatasi oleh harapan dan khayal diri melalui rencana tinggi Allah, dan lupa akan kebaikannya dalam penghampirannya kepada Allah, sehingga ia hancur. Kedua, hal itu sama dengan menyekutukan-Nya dengan sesuatu.
Sebab tidak satu pun di dunia ini sepenuhnya bebas dari dosa, kecuali para Nabi. Karena inilah, Ia tidak selalu mengabulkan doanya dan tidak memenuhi janji kepada sang pengabdi, agar ia tidak meminta sesuatu pun atas dorongan hawa nafsunya tanpa mematuhi perintah-perintah-Nya, yang di dalamnya terletak kemungkinan kesyirikan, dan dalam setiap keadaan, langkah dan maqam sang salik banyak kemungkinan berbuat kesyirikan.
Tetapi bila doanya selaras dengan perintah, maka hal itu mendekatkan manusia kepada Allah, semisal shalat, puasa, kewajiban-kewajiban lainnya, sunnah serta kewajiban tambahan, sebab dalam hal-hal ini ada kepatuhan kepada perintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar