Cari di Sini

Senin, 13 Juli 2015

Futuhul Ghaib (Bagian 36)

Syaikh Abdul Qadir AlJaelani menjelaskan, 

Jadikanlah kehidupan setelah matimu sebagai modal dan kehidupan duniawimu sebagai keberuntungan. Jika masih ada waktu lebih, habiskanlah demi kehidupan duniawimu, yakni dengan mencari nafkah. Jangan kau buat kehidupan duniawimu sebagai modalmu, dan kehidupan setelah matimu sebagai keuntunganmu, dan sisa waktumu kau habiskan untuk memperolehi kehidupan setelah mati dan memenuhi kewajiban shalat lima waktu. 

Kau diperintahkan untuk mengendalikan kedirianmu, agar ia mematuhi Tuhannya. Tetapi kau bertindak tidak layak terhadapnya, dengan menuruti dorongan-dorongannya dan kau serahkan kendalinya kepadanya, kau ikuti keinginan-keinginan rendahnya, kau bersekutu dengan iblis dan nafsunya, sehingga kau tidak memiliki yang terbaik dari kehidupan ini dan kelak, sehingga kau masuki Hari Pengadilan sebagai orang paling miskin kebajikan, dan tidak memperolehi, dengan mengikutinya, sebagian besar bagianmu dalam kehidupan duniawi ini. 

Tapi, jika kau melalui jalur akhirat dengannya, dan menggunakannya sebagai modalmu, maka kau akan memperolehi kehidupan duniawi dan ukhrawi. Sedang bagian duniawimu akan kau terima dengan segala kenikmatannya, dan kau akan terhormat. 

Nabi bersabda:
"Sesungguhnya Allah menyelamatkan di dunia ini demi akhirat, sedang keselamatan di akhirat tidak dimaksudkan demi kehidupan duniawi ini."

Nah, begitulah. Dan niat untuk akhirat ialah kepatuhan kepada Allah. Sebab niat merupakan ruh pengabdian dan kemaujudannya. Bila kau mematuhi Allah dengan berpantang di dunia ini, dan dengan mengupayakan tempat di akhirat, maka kau menjadi pilihan Allah, dan kehidupan akhirat akan kau perolehi, yaitu syurga dan kedekatan dengan-Nya. 

Maka, dunia akan mengabdi kepadamu, dan bagianmu darinya akan sepenuhnya kau perolehi, sebab segala suatu patuh kepada Penciptanya, yaitu Tuhannya. Bila kau diliputi kehidupan duniawi dan berpaling dari akhirat, maka Allah akan murka kepadamu; kau akan kehilangan akhirat, dunia takkan patuh kepadamu, dan akan menghalangi datangnya bahagianmu, karena murka Allah kepadamu, sebab ia adalah milik-Nya. 

Nabi bersabda:
"Dunia dan akhirat adalah ibarat dua isteri; jika kau menyenangkan yang satu, maka yang lain akan marah kepadamu."

Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, berfirman:
"Sesungguhnya sebagian darimu menyukai kehidupan duniawi ini, dan sebagiannya lagi mencintai akhirat." (QS 2:151)

Kesemua ini disebut anak-anak dunia dan anak-anak akhirat. Nah, anak siapakah kau. Bila kau berada di kehidupan lain, akan kau lihat satu kelompok di neraka. Maka sebagian orang senantiasa berada di tempatnya, pada satu hari yang, kata Allah, sama dengan lima belas ribu tahun. 

Sedang sebagian yang lain berada di meja makan yang di atasnya makanan, buah-buahan dan madu yang lebih putih, yang sangat lezat, daripada es, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis:
"Mereka akan melihat tempat mereka di syurga, sampai Allah selesai meminta pertanggungjawaban manusia, dan mereka akan memasuki syurga sebagaimana mereka memasuki rumah mereka di dunia ini."

Mereka meraih hal ini karena telah mencampakkan dunia dan berupaya mencapai akhirat dan Tuhannya. Sedang mereka yang tenggelam dalam berbagai kesulitan dan kehinaan disebabkan tenggelamnya mereka dalam hal-hal duniawi, dan pengabaian mereka akan akhirat, Hari Pengadilan dan yang akan terjadi pada mereka kelak sebagaimana disebutkan dalam Kitabullah dan Sunnah Nabi. 

Maka pandanglah dirimu dengan pandangan penuh kasih-sayang, pilihkanlah baginya yang lebih baik di antara kedua kelompok ini dan jauhkanlah ia dari kekejian, pembangkangan dan jin. Jadikanlah Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya sebagai pembimbingmu, renungkanlah dua pewenang ini, berlakulah dengan keduanya, dan jangan terkecoh oleh perkataan kosong dan keberlebihan. 

Allah berfirman:
"Segala yang dibawa oleh Nabi kepadamu, terimalah, dan segala yang dilarangnya, jauhilah dan bertakwalah kepada Allah." (QS 48:7)

"Dan mereka mengada-adakan ruhbaniyyah (kepaderian-penyunting), padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka." (QS 57:27)

"Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya, dan ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan." (QS 53: 3-4)

Maknanya: "Segala yang ia sampaikan kepadamu berasal dari-Ku, bukan dari kediriannya, maka ikutilah."

"Jika kau mencintai Allah ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu." (QS 3:30)

Jelaslah, bahwa jalur cinta ialah mengikuti kata dan perilakunya.

Nabi Suci saw bersabda: "Berupaya adalah jalanku dan beriman kepada Allah adalah keadaanku."

Maka, kau berada di antara upaya dan keadaannya. Jika imanmu lemah, kau mesti berupaya, dan jika imanmu teguh, kau mesti menggunakan keadaanmu, yang adalah kebergantungan kepada-Nya. 

Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung berfirman:
"Dan kepada Allah lah kau mesti berharap." "Barangsiapa beriman kepada Allah, maka Ia mencukupinya." (QS 65:3)

"Sesungguhnya Allah mencintai mereka yang beriman kepada-Nya." (QS 3:158)

Nah, Ia memerintahkanmu untuk senantiasa beriman kepada-Nya, sebagaimana Nabi juga diperintahkan. Nabi saw. bersabda: "Barangsiapa berbuat sesuatu yang tidak kami perintahkan, maka perbuatannya itu tertolak."

Hal ini meliputi kehidupan, kata dan perilaku. Hanya Nabilah yang dapat kita ikuti, dan hanya berdasarkan Qur'anlah kita berbuat. Maka, jangan menyimpang dari keduanya ini, agar kau tak binasa, dan agar hawa nafsu serta setan tidak menyesatkanmu. "Jangan ikuti hawa nafsu, karena ia akan memalingkanmu dari jalan Allah." (QS 38:26)

Adapun keselamatan terletak pada Kitabullah dan sunnah Nabi. Sedang kebinasaan terletak di luar keduanya, dan dengan pertolongan keduanya ini, hamba Allah mencapai keadaan wali, badal dan ghauts.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar