Cari di Sini

Senin, 13 Juli 2015

Futuhul Ghaib (Bagian 35)

Syaikh Abdul Qadir AlJaelani menjelaskan, 

Berpantang dari segala yang haram adalah wajib bagimu, kalau tidak, maka tali kehancuran akan menjeratmu. Kau takkan lepas darinya, kecuali dengan kasih-sayang-Nya. Nabi Suci saw. bersabda bahwa asas agama adalah keberpantangan dari segala yang haram, sedang kebinasaannya adalah keserakahan. 
Sayyidina Umar ibn Khattab Ra. Pernah berkata:
"Kami biasa berpantang dari sembilan per sepuluh dari hal-hal yang halal, sebab kami khawatir kalau-kalau kami jatuh ke dalam hal-hal yang haram."
Abu Bakar Ra. Pernah berkata:
"Kami biasa menghindari tujuh puluh pintu dari hal-hal yang halal, karena kami khawatir akan keterlibatan dalam dosa."

Pribadi-pribadi ini berlaku demikian hanya untuk menjauh dari segala yang haram. Mereka bertindak berdasarkan sabda Nabi saw.:
"Ingatlah! Sesungguhnya setiap raja memiliki sebuah padang rumput yang terjaga. Sedang padang rumput Allah ialah hal-hal yang dilarang-Nya."

Maka, orang yang berbeda di sekitar padang itu, boleh memasukinya. Namun, orang yang memasuki benteng raja, melewati gerbang pertama, kedua dan ketiga, hingga sampai di singgasana, adalah lebih baik berbanding orang yang berada di pintu pertama. 

Maka, bila pintu ketiga tertutup baginya, hal itu takkan merugikannya, sebab ia tetap berada di balik dua pintu istana, dan ia memiliki milikan raja, dan tentaranya dekat dengannya. Tapi, bagi orang yang berada di pintu pertama, jika pintu ini tertutup baginya, maka ia tetap sendirian di padang terbuka, bisa-bisa diterkam serigala dan musuh, bisa-bisa ia binasa. 

Begitu pula, orang yang menunaikan perintah-perintah Allah akan dijauhkan darinya pertolongan daya dan keleluasaan, dan ia akan terbebas dari kedua hal ini. Dan ia tetap berada di dalam hukum. Bila kematian merenggutnya, maka ia berada dalam kepatuhan dan pengabdian. Dan amal kebajikannya akan menjadi saksi baginya.

Orang yang diberi kemudahan, sedang ia tidak menunaikan kewajiban-kewajibannya, jika kemudahan itu dicabut darinya dan ia terputus dari pertolongan-Nya, maka hawa nafsu akan menguasainya, dan ia akan tenggelam dalam hal-hal yang haram, keluar dari hukum, bersama dengan para setan, yang adalah musuh-musuh Allah, dan akan menyimpang dari jalan kebenaran. 

Maka, jika kematian merenggutnya, sedang ia belum bertaubat, maka ia akan binasa, jika Allah tidak mengasihinya. Jadi, bahaya terletak pada keterlengahan, sedang keselamatan terletak pada pemenuhan kewajiban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar