Cari di Sini

Senin, 13 Juli 2015

Futuhul Ghaib (Bagian 34)

Syaikh Abdul Qadir AlJaelani menjelaskan, 

Betapa aneh kau marah kepada Tuhanmu, menyalahkan-Nya dan menganggap-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, tidak adil, menahan rezeki, tidak menjauhkan musibah. Tidakkah kau tau bahwa setiap kejadian ada waktunya, dan setiap musibah ada akhirnya? Keduanya tidak bisa dimajukan atau ditunda. Masa-masa musibah tidak berubah, sehingga datang kebahagiaan. Masa-masa kesulitan tidak berlalu, sehingga datang kemudahan. Berlaku paling baiklah, diamlah senantiasa, bersabar, berpasrah dan ridhalah kepada Tuhanmu. Bertaubatlah kepada Allah.

Di hadapan Allah tiada tempat untuk menuntut atau membalas dendam seseorang tanpa dosa dorongan nafsu, sebagaimana yang terjadi dalam hubungan antara hamba-Nya. Ia, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, sepenuhnya esa. Ia menciptakan hal-hal dan menciptakan manfaat dan mudharat. 

Maka, Ia mengetahui awal, akhir dan akibat mereka. Ia, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, bijak dalam bertindak dan tiada ketakselarasan dalam tindakan-Nya. Ia tidak melakukan sesuatu pun tanpa arti dan main-main. 

Adalah tak layak menisbahkan kecacatan atau kesalahan kepada tindakan-Nya. Lebih baik menunggu kemudahan, jika kau merasakan kepudaran kepatuhanmu terhadap-Nya, hingga tibanya takdir-Nya, sebagaimana datangnya musim panas setelah berlalunya musim dingin, dan sebagaimana datangnya siang setelah berlalunya malam.

Nah, jika kau memohon tibanya cahaya siang selama kian memekatnya malam, maka permohonanmu sia-sia; tapi kepekatan malam kian memuncak hingga mendekati fajar, siang datang dengan kecerahannya, entah kau kehendaki atau tidak. Jika kau kehendaki kembalinya malam pada saat itu, maka doamu takkan dikabulkan. 

Sebab kau telah meminta sesuatu yang tidak layak. Kau akan dibiarkan meratap, longlai, jemu dan enggan. Tinggalkanlah semua ini, senantiasa beriman dan patuhlah kepada Tuhanmu dan bersabarlah. Maka, segala milikmu takkan lari darimu, dan segala yang bukan milikmu takkan kau perolehi. 

Demi imanku, begitulah, mohonlah pertolongan kepada Allah, dengan mematuhi-Nya. "Mohonlah kepada-Ku, maka akan Kuterima permohonanmu." (QS 40:60). 

"Mintalah kepada Allah karunia-karunia-Nya." (QS 4:32).

Mohonlah kepada-Nya, maka Ia akan menerima permohonanmu pada saatnya, bila dikehendaki-Nya, dan bila hal itu bermanfaat bagimu dalam kehidupan duniawimu dan akhirat.

Jangan salahkan Ia bila Ia menangguhkan penerimaan doamu. Jangan jemu berdoa. Sebab, sesungguhnya jika kau tak memperolehi, kau juga tak rugi. Jika Ia tidak segera menerima doamu di kehidupan duniawi ini, maka Ia akan menyisihkan bagimu pahala di kehidupan kelak. Nabi bersabda bahwa pada Hari Kebangkitan hamba-hamba Allah akan mendapati dalam kitab amalannya amal-amal yang tak dikenalinya. 

Lalu, kepadanya dikatakan bahwa itu adalah balasan dari doa-doanya di kehidupan duniawinya yang tidak dikabulkan. Maka dari itu, ingatlah selalu Tuhanmu, esakanlah Ia selalu dalam memohon sesuatu dari-Nya. Jangan memohon kepada selain-Nya. 

Maka, setiap saat, baik siang maupun malam, sehat atau sakit, suka atau duka, kau berada dalam keadaan:

1) Tak meminta, ridha dan pasrah kepada kehendak-Nya, seperti jasad mati di hadapan orang yang memandikannya, atau seperti bayi di tangan perawat, atau seperti bola polo di depan pemain polo, yang menggulirkannya dengan tongkat polonya. Dan Allah berbuat sekehendak-Nya. 

Bila hal itu adalah rahmat, rasa syukur dan puja-puji meluncur darimu, dan limpahan rahmat datang dari-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya jika kau bersyukur, tentu akan Kuberikan kepadamu lebih banyak lagi" (QS 14:7)
Tapi, jika hal itu adalah musibah, maka kesabaran dan kepatuhan meluncur darimu dengan pertolongan kekuatan yang dianugerahkan oleh-Nya, keteguhan hati, pertolongan rahmat dan kasih-sayang dari-Nya, sebagaimana firman-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung:
"Sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar." (QS 2:153)

"Jika kau menolong Allah, maka Ia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS 47:7)

Bila kau telah membantu (jalan) Allah, dengan menentang hawa nafsumu, tidak menyalahkan-Nya, menghindari ketaksenangan dirimu terhadap kehendak-Nya, menjadi musuh diri demi Allah, siap menyerangnya dengan pedang bila ia bergerak dengan kekafiran dan kesyirikannya, menebas kepalanya dengan kesabaran dan keselarasanmu dengan Tuhanmu, dengan keridhaan terhadap kehendak dan janji-Nya, - jika kau berlaku demikian, maka Allah akan menjadi penolongmu. 

Mengenai rahmat dan kasih-sayang Ia berfirman: "Berilah kabar baik kepada orang-orang yang sabar, mereka, yang bila ditimpa musibah, berkata: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Mereka adalah yang dikaruniai rahmat dan kasih-sayang Tuhan mereka, dan mereka adalah pengikut-pengikut jalan kebenaran." (QS 2:156-157). 

Atau
2) Memohon kepada Allah dengan kerendahdirian, dengan mengagungkan-Nya, dan patuh kepada perintah-perintah-Nya. Ya, berdoalah kepada Allah, hal itu adalah layak, sebab Ia sendirilah yang memerintahkanmu untuk memohon kepada-Nya, berpaling kepada-Nya, telah membuat hal itu sebagai sarana kesenanganmu, semacam utusan darimu kepada-Nya, sarana penghubung dengan-Nya, dan sarana pendekatan kepada-Nya, asalkan, tentu saja, kau tidak menyalahkan-Nya, marah kepada-Nya, karena ditangguhkan-Nya penerimaan doamu. 

Nah, perhatikanlah perbedaan antara dua keadaan ini. Jangan berada di luar keduanya, sebab tiada keadaan selain keduanya. Berhati-hatilah agar kau tak berbuat aniaya, yang melanggar batas. Sehingga Ia akan membinasakanmu dan Ia tidak akan memperhatikanmu, sebagaimana dibinasakan-Nya orang-orang yang telah berlalu di dunia ini, dengan menambah bencana-bencana-Nya, dan di akhirat, dengan siksa yang amat pedih. 

Maha besar Allah! Wahai yang tau keadaanku! Kapada-Mu lah aku beriman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar